Atasi Bayi Kurang Gizi, Pemkot Mojokerto Belanja Susu Rp 720 Juta

Atasi Bayi Kurang Gizi, Pemkot Mojokerto Belanja Susu Rp 720 Juta

Enggran Eko Budianto - detikNews
Jumat, 08 Sep 2017 18:09 WIB
Susu pemberian makanan tambahan yang dialokasikan Rp 720 juta (Foto: Enggran Eko Budianto)
Kota Mojokerto - Angka bayi dan balita kurang gizi di Kota Mojokerto ternyata masih cukup tinggi. Saat ini saja tercatat ada 50 bayi dan balita yang tumbuh kembangnya di bawah normal.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto Christiana Indah Wahyu mengatakan, saat ini tercatat ada 15 bayi usia 0-1 tahun dan 35 balita usia 0-5 tahun di yang mengalami kekurangan gizi.

"Terlihat dari berat badan bayi dan balita di grafik buku KMS berada di garis merah," kata Indah kepada detikcom di kantornya, Jumat (8/9/2017).

Satu-satunya upaya yang dilakukan pemerintah saat ini, lanjut Indah, dengan belanja susu pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan. Tak tanggung-tanggung, tahun ini pihaknya mengalokasikan dana APBD 2017 Rp 720,7 juta untuk belanja susu tersebut.

"Setiap bayi dan balita kami jatah 24 kotak selama tiga bulan, setiap kotak berisi 200 gram susu," ujarnya.

Tak hanya untuk pemulihan bayi dan balita kurang gizi, belanja susu PMT pemulihan bernilai ratusan juta itu juga menyasar lansia, ibu hamil (bumil), ibu menyusui, penderita HIV-AIDS, TBC, serta stok untuk semester pertama tahun 2018.

"Sasaran kami tahun ini bumil 38 orang, penderita TBC dan HIV 20 orang, ibu menyusui 29 orang, lansia 70 orang. Kami alokasikan juga selama tiga bulan," terangnya.

Pengadaan susu PMT pemulihan yang melibatkan rekanan CV Kerubim itu, kata Indah, telah selesai proses lelang. Mulai hari ini susu didistribusikan ke 5 puskesmas yang ada di Kota Mojokerto.

"Jadi, penerima mengambil susu di puskesmas. Kalau ke posyandu mereka tak termonitor perkembangan kondisi kesehatannya," ungkapnya.

Indah menambahkan, persoalan bayi dan balita kurang gizi menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan para orang tua. Pihaknya berharap warga Kota Mojokerto aktif memonitor tumbuh kembang bayi dan balita mereka, serta memberi asupan gizi yang seimbang.

"Karena kecerdasan tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun. Masyarakat kurang mampu bisa memaksimalkan lahan di rumah untuk menanam sayur dan ternak ikan untuk membantu jika diperlukan tambahan gizi bagi anaknya," tandasnya. (iwd/iwd)
Berita Terkait