Salah satu santri asal Thailand, Nuraini, menuturkan, selama mondok di PP Matholiul Anwar, mereka telah banyak belajar tentang ilmu agama. Selama proses belajar, tak ada perbedaan perlakuan. Santri asal Thailand dan Indonesia juga belajar di ruang yang sama.
Kitab yang dipelajari juga sama. Mereka menilai tak banyak perbedaan yang mencolok antara di Indonesia dengan di Thailand.
"Kitabnya sama, tulisannya sama tapi beda bahasa, kalau sini pegon jawa kalau di sana pegon jawi (arab melayu). Kita bisa belajar Manakib, Istighosah, kalau di sana jarang-jarang," kata Nuraini didampingi dua rekannya Nurul Yani dan Nadia ketika berbincang dengan detikcom, Kamis (7/9/2017).
Para santri asal Thailand yang ikut nyantren di Lamongan, sambung Nuraini, mayoritas mereka melanjutkan jenjang belajar. Baik itu dijenjang Sarjana (S1) atau Pasca Sarjana (S2) di Universitas Islam Darul Ulum Lamongan (Unisda). Tak sedikit pula, para alumni pondok ini ketika mereka pulang menjadi pengajar di negara asalnya, Thailand.
![]() |
"Yang lama ada yang jurusan PAI, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, sama Matematika. Kuliah ada yang S1 dan S2," tutur mahasiswi semester akhir jurusan Bahasa Inggris tersebut.
Menurut Nuraini, letak ponpes yang jauh dari pusat kota membuat mereka lebih menikmati suasana belajar. Meski jauh dari keramaian, di sela-sela nyantri mereka juga menyempatkan diri untuk mengikuti aktivitas olahraga dan sosial kemasyarakatan
Sementara pengasuh Ponpes Matholiul Anwar, Saifullah Abid mempertegas jika tak ada perbedaan berarti antara santri dari luar negeri maupun dari lokal. Mereka, kata Abid, mendapatkan perlakuan dan pelajaran yang sama seperti pondok-pondok lainnya.
Pemondokan pun, lanjut Abid, tidak ada perlakuan khusus. Santri putri, kata Abid, dibedakan lokasi pemondokannya dengan santri putra.
"Yang berbeda mungkin di bahasa saja. Hal yang sama juga berlaku untuk santri dari lokal," tutup pengasuh pondok pesantren yang memiliki ribuan santri ini. (fat/fat)