Warga Margorejo RT 5 RW 3 ini merupakan salah satu orang yang berhasil membuat pupuk cair dari limbah rumah tangga. Gatot menjabarkan, pupuk daur ulang buatannya itu berasal dari 3 kg mengkudu, 3 kg kotoran merpati, 3 kg jambu busuk dan 3 kg limbah basah yang berasal dari sayur dan buah. Semua bahan itu lalu ia campur dengan 1 kg gula kelapa merah untuk pewarna dan penghilang bau.
"Ini gara-gara pupuk mahal, saya berpikir gimana solusinya ini. Kemudian saya belajar, cari-cari di internet, akhirnya saya menemukan cara membuat pupuk cair dari limbah-limbah rumah tangga," ujar Gatot kepada detikcom di kawasan Balai RW, Kamis (7/9/2017).
Untuk membuat pupuk daun, sambung Gatot, ada tambahan limbah yang ia gunakan. Yaitu 5 liter limbah minuman kadaluarsa yang dicampur kunyit dan gula kelapa merah.
"Kunyit itu fungsinya buat ditempelkan ke daun. Kalau dibuat cair nanti kena hujan pupuk daunnya ilang," jelas Gatot.
![]() |
Tak hanya membuat pupuk dari bahan limbah, Gatot juga membuat pestisida alami dari 200 gram limbah puntung rokok yang dicampur satu batang kapur tulis dan kunyit. Pestisida ini memiliki kemampuan mengusir hama.
"Ini (pestisida alami) nggak mematikan hama, cuma mengusir saja. Saya ingin bikin model organik, jadi saya nggak mau pakai pestisida. Lagipula kalau pakai bahan alami orang nggak khawatir buat makan," ujar Gatot.
Tak hanya aman, pupuk daur ulang dan pestisida alami tersebut tak memakan biaya mahal dibanding dengan membeli bahan pembuat pupuk cair M4.
"Kalau harga dulu M4 harganya kurang lebih Rp 90ribu/botol. Kan mahal itu. Sedangkan ini (pupuk cair daur ulang dan pestisida alami) hanya mengeluarkan biaya Rp 13 ribu untuk pupuk tanah, Rp 6 ribu untuk pestisida alami dan Rp 7.500 untuk pupuk daun," ujar ayah dari empat anak itu.
Gatot mengatakan bahwa keberhasilannya juga tidak lepas dari dukungan Lurah, LPMK, dan warga Margorejo RT 5 RW 3. Selain itu dirinya juga belajar dari internet hingga bisa membuat pupuk alami.
"Dulu saya waktu gagal uji coba pupuk, saya sempat drop selama 1 bulan karena tanaman pada mati semua karena kena hama. Sekitar 1.500 sawi dan 400 cabai mati karena keong dan tikus. Berkat dukungan dari lurah, LPMK, Pak Dedi sebagai pemilik lahan green house, dan masyarakat RT 5 RW 3 lainnya, saya bisa bangkit kembali," pungkasnya. (fat/fat)