Itu adalah satu diantara tuntutan mahasiswa dalam aksi damai yang digelar HMI di Jl Merdeka Kota Blitar, Selasa (5/9/2017). Sambil berorasi, mereka juga menggelar teatrikal kekerasan kemanusiaan terhadap etnis Rohingya.
"Jika dalam tempo tiga kali 24 jam pemerintah Myanmar tidak menghentikan tindak kejahatan tersebut, maka kami mendesak Pemerintah Indonesia untuk memutuskan hubungan diplomasi dengan Myanmar dan mengusir duta besar Myanmar untuk Indonesia " teriak koordinator aksi, Muh Haris Habibudin.
Teatrikal semakin menjadi perhatian pengendara yang melewati jalan protokol Kota Blitar itu, saat massa membakar ban. Pembakaran ban ini sebagai simbol kemarahan kalangan mahasiswa akan pembiaran kekerasan kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya.
Foto: Erliana Riady |
"Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin. Kami serukan seluruh masyarakat Budha Indonesia untuk tidak takut dan umat muslim Indonesia tidak terprovokasi," tambah Haris dalam orasinya.
Selain itu, massa juga mendesak Dewan Keamanan PBB segera mengirimkan pasukan kemanusiaan guna menyelamatkan etnis Rohingya. Mengeluarkan Myanmar dari keanggotaan PBB, serta memberikan embargo terhadap Myanmar.
Foto: Erliana Riady |
Wakil Ketua DPRD Kota Blitar, Totok Sugiarto menyatakan, yang terjadi di Myanmar bukan konflik antar agama, melainkan kekerasan kemanusiaan.
"Politik luar negeri kita mengedepankan tidak melakukan intervensi pada negara lain. Namun dari sisi kemanusiaan, upaya menghentikan kekerasan kemanusiaan ini wajib dilakukan semua pihak, termasuk kita sebagai bangsa yang merdeka dan menjunjung tinggi hak asasi manusia," katanya.
Diakhir aksi, mahasiswa bersama anggota DPRD Kota melakukan salat gaib di Jalan Merdeka. Massa lalu membakar bendera negara Myanmar dan membubarkan diri dengan tertib. (bdh/bdh)












































Foto: Erliana Riady
Foto: Erliana Riady