Salat gaib digelar di halaman MI Nurul Huda 2, Kelurahan Surodinawan, Prajurit Kulon. Diimami seorang guru, para pelajar terlihat khusyuk menunaikan salat gaib. Usai salat, doa bersama dilanjutkan dengan tahlil.
Kepala Madrasah MI Nurul Huda 2 Misbakhul Umam mengatakan, salat gaib ini melibatkan 700 murid kelas IV-VI. Sementara murid kelas I-III diajak tadarus Alquran di kelas masing-masing.
"Kami ajak murid-murid salat gaib dan tadarus Alquran untuk mendoakan umat Islam di Myanmar agar konflik segera berakhir," kata Umam kepada wartawan di lokasi.
Penyerangan etnis Rohingya oleh militer Myanmar yang mengakibatkan ratusan jiwa melayang, lanjut Umam, menjadi perhatian. Selain kepedulian terhadap sesama muslim, pembantaian terhadap etnis Rohingya dinilai tak manusiawi.
Bahkan dirinya mengaku telah memberikan edukasi kepada para siswa agar memahami konflik yang terjadi. Pihaknya berharap para siswa mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama muslim.
"Kami beri pemahaman ke siswa agar kekerasan yang terjadi di Myanmar tak ditiru siswa, tapi tumbuh rasa peduli terhadap sesama muslim dan rasa kemanusiaan," ujarnya.
Salah seorang pelajar Zidan Herdiansyah (11) mengaku turut sedih dengan konflik yang terjadi antara militer Myanmar dengan etnis Rohingya. Pelajar kelas VI Hasyim Asyari MI Nurul Huda 2 ini lebih banyak mengetahui konflik tersebut dari berita di televisi.
"Saya kasihan dengan anak-anak Rohingya yang harus mengungsi, tak bisa sekolah gara-gara konflik di negaranya," jelasnya.
Hal senada dikatakan Salman Alfarisi, pelajar kelas VI Saichona Cholil MI Nurul Huda 2. Dia berdoa agar arwah umat Islam yang meninggal akibat konflik tersebut diterima di sisi Allah SWT.
"Saya berharap konflik di Myanmar yang menimpa etnis Rohingya segera berakhir," tandasnya. (fat/fat)











































