Sementara itu Bupati Trenggalek beserta istrinya Arumi Bachsin turut serta dalam kirab pusaka dengan mengendarai kereta kencana yang dikendalikan 8 kuda.
Tiba di lingkar alun-alun kota, prosesi dilanjutkan dengan berjalan kaki hingga Pendapa Agung Manggala Praja Nugraha. Proses ini para punggawa membawa serta air dari 14 mata air, foto para bupati dan wakilnya yang mempimpin Trenggalek serta tumpeng agung.
Rangkaian upacara dilanjutkan dengan serah terima pusaka kepada bupati, serta pembacaan silsilah berdirinya Kabupaten Trenggalek. Yang menarik, dalam upacara adat ini, ribuan warga tampak antusias untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut, salah satunya adalah aksi rebutan tumpeng agung.
![]() |
Salah seorang warga yang ikut rebutan tumpeng, Wiji Sugiarti berharap peringatan hari jadi kabupaten tersebut menjadi momentum untuk masyarakat dan pemerintah daerah untuk bersama-sama membangun Trenggalek.
"Ya semoga Trenggalek lebih ayem tentram dan lebih maju, kalau untuk saya sendiri semoga jualan saya laris manis," katanya.
Hal senada diungkapkan warga lain, Menik. Wanita asal Trenggalek yang kini tinggal di Riau tersebut mengaku kagum dengan tradisi yang rutin digelar setiap tahun untuk memperingati Hari Jadi Treggalek. "Tadi ikut meramaikan saat rebuten tumpeng, ini dapat nasi sama lauk-pauknya, seru pokonya," ujarnya.
Sementara itu Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak mengatakan, tradisi upacara adat tersebut merupakan bentuk dari pelestarian budaya yang telah ada sejak ratusan tahun silam.
"Harapan kami Trenggalek ini bisa makmur dalam segala hal, tidak hanya makmur di perutnya tapi juga makmur dalam batin. Dan kami melaksanakan tadisi leluhur ini dengan tujuan mengingatkan bahwa kita memiliki tradisi yang baik dan harus dipertahankan sampai kapanpun," tambahnya. (fat/fat)