Makna pertama, semua yang ada di dunia hanya titipan Tuhan yang bisa diambil sewaktu waktu. "Sebetulnya Allah saat itu (Kisah Nabi Ibrahim saat merelakan Nabi Ismail untuk dikorbankan) memberikan contoh, sebetulnya apa yang kita miliki bukan milik kita. Semua hanya titipan dan sewaktu waktu bisa diambil kapan saja," kata Risma di ruang kerjanya, Kamis (31/8/2017).
Oleh karena itu, kata Risma, semua dibutuhkan keikhlasan agar bisa menerima semua yang diberikan Tuhan. "Sebetulnya keikhasan itulah yang diwajibkan pada kita, keikhklasan untuk memberi yang terbaik. Itulah manna sebenarnya idul korban," ungkap Risma.
Ibu dua anak ini mengakui jika ikhlas itu sangat berat. Risma pun mencontohkan pola kerjanya yang harus merelakan urusan keluarga dan pribadinya demi warga Surabaya.
"Berat itu ikhlas, memberikan yang kita miliki, yang kita sayangi untuk orang lain,ini berat kan teman teman tanya bagaiman waktu keluarga? Di situlah keikhlasan. Apakah saya ikhlas berbagai untuk orang lain, sementara saya kesampingkan kepentingan pribadi. Dan jawaban itulah yang tak berikan," ujarnya dengan nada lirih.
Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini juga mencontohkan saat dirinya berkurban seekor sapi 2 tahun lalu. Namun ia melihat sapi hewan kurbannya menangis.
"Aku ingat saat aku pegang sapi, di sini sapinya nangis, aku ikut sedih lalu tak bisiki. Kamu mungkin berkurban tapi kamu menyenangkan orang lain, saya bisiki seperti itu. Mungkin," tambah Risma. (ze/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini