Sutrisno (43) dan Lusiana pun mengajak warga sekitar untuk membuat karya sampah plastik diubah menjadi topi, ikat rambut, tas dan lain-lain. Bahkan pemilik Tris Flower ini membuka usaha penyewaan kerajinan daur ulang di rumahnya. Beragam kerajinan, mulai dari kostum, topi, ikat rambut, tas, hingga lampion warna warni terpampang di ruang tamu.
Kostum dari daur ulang sampah/ Foto: Gracella Sovia Mingkid |
Usaha daur ulang sampah Sutrisno rupanya menarik perhatian beberapa pihak. Hingga, Sutrisno dan istri meraih sebuah penghargaan.
"Paling baru penghargaan Kalpataru tingkat Kota Surabaya, 30 November 2016 lalu untuk istri, karena dia yang mengelola. Lalu kemarin ini baru diseleksi tingkat provinsi, tapi hasilnya belum tahu," katanya.
Topi dari daur ulang sampah/ Foto: Gracella Sovia Mingkid |
Bagi dia, menjalani bisnis daur ulang sampah bukan sekadar mencari untung. Akan tetapi, sejak awal memang ingin memberdayakan lingkungan dan warga sekitar.
"Kecintaan kami terhadap lingkungan, mendorong untuk membuka usaha ini. Selain itu, memberdayakan warga sekitar. Sampah-sampah rumah tangga yang dipakai, dapat dibentuk jadi aneka kerajinan. Ada tas, kostum, topi, ikat rambut, macam-macam," tuturnya.
Barang-barang dari ulang sampah/ Foto: Gracella Sovia Mingkid |
Faridah, salah satu warga Blitar yang datang untuk mengembalikan kostum sewaan milik Sutrisno. Dia mengungkapkan, kostum yang disewanya telah masuk nominasi kostum terbaik dari sebuah festival yang diikutinya di Blitar.
"Kostumnya bagus dan kami menang," kata Farida seraya menceritakan kepada Sutrisno. (fat/fat)












































Kostum dari daur ulang sampah/ Foto: Gracella Sovia Mingkid
Topi dari daur ulang sampah/ Foto: Gracella Sovia Mingkid
Barang-barang dari ulang sampah/ Foto: Gracella Sovia Mingkid