Satu light pipe daur ulang yang dipasang di kamar tidur utama rumah Roiningsih, menghemat cukup banyak biaya pembayaran listrik. "Alhamdulilah dengan adanya alat ini (light pipe), biaya listriknya berkurang, biasanya listrik bayar Rp 350-450 ribu an, sekarang Rp 250-350 ribu an," ujar Roiningsih kepada wartawan di rumahnya, Selasa (29/8/2017).
Dengan adanya light pipe daur ulang, Roiningsih tak perlu menyalakan lampu pada saat matahari masih bersinar. "Iya, kalau siang saya nggak pasang lampu sama sekali. Kalau sore atau malam baru saya pasang lampu," jelas nenek dari 5 cucu itu.
Untuk perawatan, Roiningsih mengaku tak mengalami kesulitan untuk merawat light pipe daur ulang ini. "Iya ngerawatnya gampang, cuma ngontrol sama bersihin atasnya saja," pungkasnya.
Inovasi light pipe daur ulang karya para mahasiswa arsitek UK Petra itu diaplikasikan kepada dua rumah penduduk di Siwalankerto, salah satunya rumah milik Roiningsih.
Light pipe adalah alat yang berguna untuk meneruskan cahaya matahari ke dalam bangunan di lahan yang padat. "Pemukiman yang berhimpit satu sama lain membuat pencahayaan alami sulit untuk masuk ke dalam rumah, karena itu light pipe merupakan salah satu alternatif pencahayan alami untuk rumah warga yang tidak mendapatkan pencahayaan alami," terang Elisabeth Ketua Pelaksana Kegiatan.
Elisabeth menjelaskan bahwa bahan yang digunakan untuk membuat Light Pipe daur ulang sangat mudah didapatkan dan dikerjakan. Cukup dengan mangkuk kaca sebagai receiver matahari, kaleng bekas kemasan biskuit, dan kaca yang dilapisi stiker buram sebagai diffuser cahaya.
"Kami menggunakan kaleng bekas karena memiliki sifat metal yang kuat dan tahan lama, serta memiliki permukaan dalam yang reflektif, sehingga dapat memantulkan cahaya" ujar Alumnus Teknik Arsitektur UK Petra itu. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini