Tapi, mahasiswa Arsitektur Universitas Kristen Petra ini punya solusi untuk membuat light pipe dengan harga yang sangat terjangkau. Inovasi light pipe daur ulang itu mendapatkan hibah dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada awal Juni yang lalu.
Dengan judul "Light Pipe Daur Ulang: Solusi Ekonomis Pencahayaan Alami untuk Pemukiman Padat, ide inovasi yang dikerjakan oleh Elisabeth Kathryn, Chefania, Samantha Isabela Ongkowijoyo, dan Andrew Laksmana ini berhasil mendapatkan hibah sebesar 8,5 juta rupiah.
![]() |
"Kami menggunakan kaleng bekas karena memiliki sifat metal yang kuat dan tahan lama, serta memiliki permukaan dalam yang reflektif, sehingga dapat memantulkan cahaya" ujar Alumnus Teknik Arsitektur UK Petra itu.
Perekat antar kaleng menggunakan lem epoxy, sedangkan perekat mangkuk dan kaca menggunakan silicon sealant. Selain itu, alat yang dibutuhkan adalah pemotong tutup kaleng. Kaleng bekas yang digunakan adalah kaleng standard berdiameter 15 cm dan jumlahnya tergantung dari jarak tinggi antara plafon dengan atapnya.
"Ukuran kalengnya disesuaikan saja sama plafonnya, semakin besar diameternya semakin bagus pencahayaannya," kata Elisabeth.
Biaya produksi light pipe ini pun juga terjangkau. "Biaya produksinya murah, cukup dengan Rp.25.000 sudah bisa bikin light pipe," ujar Elisabeth.
Tak hanya mudah dibuat dan memiliki harga terjangkau, proses perawatan light pipe ini pun cukup mudah. "Untuk perawatan cukup membersihkan mangkuk kacanya dan diffusernya tiap 1 tahun sekali dan mengontrol kondisi perekatnya. Untuk kaleng dilapisi dengan cat waterproof supaya lebih tahan lama," pungkas Elisabeth.
![]() |