Perlombaan unik ini digelar di Dusun Gondang, Desa Carangwulung, Wonosalam. Sebelum dimulai, panitia memberikan arahan kepada para joki agar bermain sportif. Setelah itu berbagai persiapan pun dimulai.
Agar tak cedera, setiap joki wajib memakai helm, pelindung lutut dan siku. Berbekal pemukul dari bahan styrofoam, para joki berjongkok di rangka kayu yang sudah terikat pada dua ekor kambing. Dalam hitungan ke tiga, setiap joki harus memacu kambing mereka menggunakan styrofoam agar larinya makin kencang. Dalam sekali start, hanya dua peserta yang diadu kecepatannya di lintasan sepanjang 150 meter.
![]() |
Ketua Panitia Karapan Kambing Agus Widodo mengatakan, tahun ini peserta mencapai 25 joki. Mereka berasal dari sejumlah desa di Kecamatan Wonosalam. Untuk karapan kambing ini pihaknya tak membatasi jenis kambing peserta. Selain menggunakan kambing Jawa dan ettawa, ada pula peserta yang menggunakan domba.
"Karapan kambing ini kami menggunakan sistem gugur sampai ada juara pertama," kata Agus kepada wartawan di lokasi, Minggu (27/8/2017).
Karapan kambing kali ini akan diambil tiga juara pertama. Juara I mendapatkan hadiah uang tunai Rp 1,5 juta, juara II Rp 1 juta, sedangkan juara III Rp 500 ribu. "Karapan kambing ini rutin kami gelar setiap tahun, harapan kami ini menjadi ikon wisata di Wonosalam," ujar Agus.
Salah seorang peserta Sutran (30) mengaku mengendalikan kambing menjadi kesulitan utama dalam perlombaan ini. Meski sering dilatih, ternyata tak menjadi jaminan kambing-kambing peserta akan berpacu lurus di lintasan lomba.
"Kesulitannya hanya kambingnya tak mau jalan, atau mau lari tapi berbelok arah," tandasnya.
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini