Namun dari tahun ke tahun, lapangan kerja di Surabaya semakin sedikit, banyak warga asli Ponorogo bertransmigrasi ke luar pulau mencari lapangan pekerjaan lain. Mereka pun menjual rumahnya. Kini, jumlah pemain reog 51 orang, dari jumlah awalnya lebih 100 orang.
"Ya, mereka yang dulu di Surabaya, kini transmigrasi ke luar pulau. Ada yang di Kalimantan atau Sumatera," kata Ketua Paguyuban Reog Singo Mangku Joyo, Sugiyanto, yang juga merupakan warga Kampung Reog kepada detikcom di rumahnya di Kertajaya V Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Jumat (25/8/2017).
![]() |
Dia mengaku meski mereka bertransmigrasi, mereka tetap melestarikan budaya tempat asalnya di Ponorogo. "Sebagai pewaris kita harus melestarikan kesenian reog. Ini anak cucu saya juga main reog kok," ujar Sugiyono.
Tak hanya mengajarkan reog pada anak cucunya, pria berdarah Ponorogo juga membagikan ilmunya kepada siapapun yang tertarik untuk belajar seni Reog di Paguyuban Reog Singo Mangku Joyo. Kini Paguyuban itu memiliki 51 pemain reog.
Dia mengaku kampung reog di Surabaya berdiri kurang lebih 15 tahun yang lalu. "Sudah lama ini berdirinya. Kurang lebih 15 tahunan ya," tambah Sugiyanto.
Sugiyanto mengaku sekitar tahun 1970-1990an, mayoritas warga Kampung Reog dari Ponorogo melestarikan budaya tempat asalnya itu di kampung yang ada di Kertajaya. "Disebut kampung reog karena mayoritas orang Ponorogo semua," jelas pemain reog generasi ke-3 itu. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini