Pemeriksaan pertama menyasar pedagang hewan kurban di Perumahan Pondok Teratai, Sooko, Mojokerto. Petugas gabungan memeriksa kesehatan dan umur sapi serta kambing untuk memastikan kelayakan menjadi hewan kurban. Pemeriksaan mulai dari mulut hingga buah zakar sapi dan kambing.
Staf Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jatim Bagus Ardhana mengatakan, hari ini ada 10 pedagang hewan kurban di Kecamatan Sooko, Mojokerto yang diperiksa petugas. Sedikitnya 54 ekor sapi, 277 kambing, dan 14 domba di lapak pedagang telah menjalani pemeriksaan kesehatan dan kelayakan umur.
"Kami temukan 5 hewan kurban dalam kondisi sakit, ada yang sakit mata, luka dan ISPA (infeksi saluran pernafasan akut)," kata Bagus kepada wartawan di lokasi, Kamis (24/8/2017).
Selain menemukan hewan kurban sakit, lanjut Bagus, petugas gabungan juga menemukan puluhan kambing dan sapi yang belum poel. Terdiri dari 9 sapi dan 15 ekor kambing.
"Syarat hewan kurban harus sehat, tidak cacat, sudah poel dan jantan, kalau kondisi sakit dan belum poel, kami minta agar tak dijual," ujarnya.
Tak hanya memastikan kesehatan hewan kurban, kata Bagus, sidak ke para pedagang ini juga untuk mengantisipasi penyebaran penyakit anthraks. Penyakit yang diakibatkan bakteri bacillus anthracis ini selain mematikan bagi sapi dan kambing, juga bisa menular ke manusia hingga mengakibatkan kematian.
"Anthraks bisa menular ke manusia melalui pernafasan, melalui kulit dan pencernaan. Kalau di kulit akan timbul luka, masuk ke pencernaan bisa diare berdarah, pernafasan bisa batuk berdarah berujung pada kematian," terangnya.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada para pedagang dan konsumen agar lebih teliti dalam membeli kambing dan sapi, khususnya yang akan dikonsumsi. Menurut dia ada beberapa gejala yang bisa dikenali saat sapi atau kambing terkena anthraks.
"Bisa kelihatan sapi kolaps, panas tinggi, fisik lemah dan sesak nafas. Kalau sudah terserang susah pengobatannya, hanya bisa sapi lainnya diberi antibiotik untuk mencegah penularan," tandasnya. (iwd/iwd)