Meski banyak warung hingga restoran, namun Rujak Cingur Genteng Durasim ini seakan tak hilang oleh waktu dan zaman. Masih saja pecinta rujak cingur berdatangan. Selain rasa rujaknya maknyus, cobek yang digunakan sehari-hari untuk menghaluskan bumbu kacang dan petis telah berusia 74 tahun. Nah Lho, awet-awet aja.
Hendrik, salah seorang pengelola Rujak Cingur Genteng Durasim mengaku cobek batu ini adalah permintaan khusus dari sang ibu kepada seorang kerabat di Magelang.
![]() |
"Ibu waktu itu minta dibuatkan khusus, lalu dulu itu orangnya datang pakai sepeda ontel dari Magelang ke Surabaya, bawa beginian. Ya sekitar 45 kg beratnya. Bayangkan saja orang itu bawa dari Magelang ke Surabaya, sekarang saja sini (Surabaya) ke Magelang sudah berapa jam pakai kereta api. Dia tidak minta dibayar, mintanya cuman diajak keliling Surabaya pakai andong saat zaman Belanda itu," kata Hendrik saat ditemui detikcom di sela kesibukannya, Kamis (24/8/2017).
Dia mengaku keluarganya mendapat cobek tersebut tahun 1943. "Ini sudah sejak tahun 1943, udah makin cekung, aus karena dipakai terus," jelas Hendrik.
Saat ditanya perawatan cobek tersebut, Hendrik mengaku sama seperti barang-barang dapur lainnya. "Ya dicuci bersih pakai sabun, trus ditiriskan dan ditunggu sampai kering, sudah bisa dipakai kembali," jelasnya.
![]() |
Sementara itu salh satu warung kebanggan arek Suroboyo ini memiliki olahan rujak cingur yang khas. Terdiri dari irisan tempe, tahu, sayuran atau buah seperti bengkoang, mangga muda, tauge, lontong serta bumbu kacang dan petis yang sangat lezat. Tak lupa, daging cingur atau moncong sapi yang gurih dan lembut, menambah kenikmatan citarasa rujaknya.
Peracik rujak cingur, Robiati (65) mengaku untuk mendapatkan makanan yang sedap dan lezat, bumbunya diracik sendiri. "Bumbunya saya racik sendiri, dulu ibu yang ngajarin langsung selama 5 tahun," ujar Robiati (65), kakak ipar Hendrik yang juga salah satu penerus Rujak Cingur Genteng Durasim ini.
Robiati mengaku, untuk meracik bumbu diperlukan keterampilan khusus. "Jadi tidak cuma asal campur aja, ini juga dibuat pakai hati, pakai perasaan," ujarnya sambil tersenyum.
![]() |
Dalam sehari, Rujak Genteng Durasim ini bisa menghabiskan sampai 12 kg daging cingur. "Kalau lagi ramai seperti waktu lebaran, atau pesanan dari bank-bank gitu, bisa lebih, bisa sampai 18 kg," jelas perempuan asal Solo ini.
Kepada detikcom, Robiati pun membocorkan sedikit rahasianya. Dalam waktu dekat dirinya akan 'purna tugas' mengelola warung Rujak Cingur Genteng Durasim ini. Dia sudah menyiapkan generasi selanjutnya, untuk meneruskan usaha kuliner peninggalan leluhurnya ini.
"Ya nanti diwariskan ke anak atau ponakan. Saya udah mulai ngajarin, udah 65 tahun tidak kuat lagi kalau tiap hari harus kerja gini," tambahnya.
Bagi yang ingin makan siang dengan rujak cingur, siap-siap merogoh kocek Rp 45 ribu untuk menikmatinya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini