"Dulu kurir itu pekerja, mahasiswa. Sekarang bandar ganti mikirnya, beralih menyuruh anak-anak SD. Saat ditangkap aparat keamanan, bisa lepas jerat hukum. Alasannya apa, karena masih di bawah umur," kata Kepala BNN Blitar, AKBP Agustiono kepada wartawan saat pemusnahan barang bukti di Mapolresta Blitar, Selasa (15/8/2017).
Menurutnya, bandar narkoba saat ini bermain cantik. Dengan memanfaatkan anak-anak agar bisa lepas dari jerat hukum, juga menyulitkan petugas untuk proses penyelidikan.
"Anak-anak itu belum ditanya apa-apa sudah nangis, karena takut sama polisi. Beberapa kasus itu, mereka tidak tahu barang yang harus diantar ini dilarang atau tidak. Mereka tahunya, asal dapat uang bayaran yang besar untuk bocah seumuran mereka," ungkapnya.
Apalagi, jelas dia, saat ini modus konsumsi narkoba diubah ke berbagai bentuk. Seperti dimasukkan ke jajanan anak, minuman atau rokok elektrik. "Ini BNN tidak bisa serta merta bertindak tanpa adanya kerjasama dengan stakeholder yang lain," tambah pria yang baru dua hari bertugas di Blitar ini.
Data dari BNN Blitar, dunia pendidikan menduduki angka tertinggi untuk pemakai narkoba. Selain dari pekerja dan pejabat di kota patria ini, para pelajar di Blitar juga menempati angka tertinggi mengkonsumsi pil koplo.
"Selain harganya sangat murah, cara mendapatkannya juga mudah. Itu sebabnya pelajar di Blitar banyak yang pakai pil koplo," tuturnya.
Ke depan, BNN Blitar akan membuat kerjasama dengan para ulama untuk mengurangi, bahkan bertekad menghilangkan peredaran narkoba di kota ini. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini