Dalam festival itu, masing-masing seniman berkreasi dalam membuat seni lukis mural di dinding berukuran 160x2 meter. Mereka tak sekadar melukis, tapi harus mengikuti tema yang telah ditetapkan, yakni perjuangan kemerdekaan.
Kepala Desa Pajekan Lor, Fandi Tofan, mengatakan festival mural tersebut digelar memperingati HUT ke-72 Kemerdekaan RI. Kata dia, pihaknya memang sengaja menggunakan pagar dinding pemakaman, juga untuk menghilangan kesan angker kuburan.
![]() |
"Jadi, selain agar kuburan tidak terkesan angker, festival mural ini juga untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda," jelas Fandit, Senin (14/8/2018).
Bukan cuma itu, imbuh dia, alasan pemilihan lokasi di pemakaman itu karena selama ini tak banyak orang tahu bahwa di makam tersebut ada makam KH Santawi, yang juga seorang pahlawan legendaris di Bondowoso, yang gugur dalam perang kemerdekaan.
Pantauan detikcom, selain membuat lukisan mural di dinding pemakan yang lokasinya persis di tepi jalan jurusan Bondowoso-Situbondo itu, para seniman juga memakai dan aksesori ala pejuang kemerdekaan tempo dulu.
![]() |
Selain diikuti para seniman, festival itu juga diikuti sejumlah pelajar SD dan SMP. Mereka juga tampak berbaur bersama para seniman profesional lainnya dalam menggoreskan kuasnya di pagar dinding pemakaman tersebut.
Tak ayal, festival seni mural tersebut sempat memacetkan arus lalu lintas yang merupakan jalan provinsi di Prajekan. Sebab, para pelintas jalan kebanyakan mengurangi laju kendaraannya untuk sekadar melongok acara itu. (fat/fat)