Kepala Bulog Sub Divre Surabaya Selatan Arsyad mengatakan, bersama Komisi B DPRD, perwakilan Kodim 0814 dan Dinas Sosial Kabupaten Jombang, pihaknya telah mengecek stok rastra di gudang Tunggorono dan Dapurkejambon Jombang.
Menurut dia, memang di kedua gudang itu masih dijumpai rastra yang secara fisik tampak berkualitas rendah. Beras untuk warga miskin itu ada yang berbau apek, terdapat kutu yang mati dan warna berubah kekuning-kuningan.
"Beberapa bulan disimpan di gudang, beras memang ada kutunya, tapi kami selalu melakukan perawatan fungigasi dan spray untuk menjaga kualitas rastra," kata Asryad kepada wartawan, Jumat (11/8/2017).
Menurut Arsyad, meski secara fisik tampak kurang sedap dipandang, rastra di gudang Bulog masih layak untuk dikonsumsi. Untuk membuktikannya, Bulog telah menggelar uji tanak bersama Komisi B, Kodim 0814 dan Dinas Sosial Kabupaten Jombang. Uji tanak ini diakhiri dengan makan bersama rastra yang telah dimasak.
Hasilnya cukup mengejutkan. Setelah dicuci dan dimasak, rastra yang sebelumnya berbau apek dan berwarna kekuning-kuningan menjadi nasi pada umumnya. Bau apek tak lagi tercium, begitu pula rasa nasi tak mengalami perubahan.
"Dengan uji tanak kami ingin menyampaikan ke masyarakat kalau beras kami layak dikonsumsi. Penyimpanan sampai setahun atau lebih, beras masih layak konsumsi," ujarnya.
Kendati begitu, kata Arsyad, pihaknya membuka diri dari keluhan masyarakat. "Kalau memang beras kami ada kekurangan, kami segera ganti," tegasnya.
Arsyad menambahkan, stok beras di semua gudang Bulog Sub Divre Surabaya Selatan, baik di Mojokerto maupun Jombang, saat ini mencapai 28 ribu ton. Setiap bulan, Bulog mendistribusikan 1.500 ton rastra untuk warga Jombang dan 1.000 ton untuk warga Kota dan Kabupaten Mojokerto. "Stok yang ada saat ini masih cukup untuk rastra selama setahun," ungkapnya.
Sementara Anggota Komisi B DPRD Jombang Eki Novita Wardani menuturkan, masyarakat mengeluhkan kualitas rastra hanya berdasarkan fisik beras sebelum dimasak. Setelah mengikuti uji tanak dan mencicipi rastra tersebut, dia mengakui beras Bulog layak untuk dikonsumsi.
"Setelah jadi nasi, warna kekuning-kuningan sudah tak ada, tidak bau, rasanya enak, saya merasa kenyang setelah memakannya," jelasnya.
Namun, untuk menghindari risiko kerusakan pada rastra, Eki meminta Bulog membatasi masa penyimpanan maksimal 6 bulan. Politisi dari Partai Demokrat ini juga meminta masyarakat aktif melaporkan ke pemerintah desa masing-masing jika menerima rastra tak layak konsumsi.
"Harapan kami masyarakat melapor ke desa, desa segera meminta Bulog ada penggantian ke masyarakat," tandasnya. (fat/fat)











































