Pantauan detikcom, Umi Jamilah ditempatkan di kamar khusus berukuran 3x3 meter. Lokasi kamar berada dekat dengan kandang ayam, di belakang rumah orangtuanya. Jamilah terbaring tak terurus dengan kaki terikat rantai besi. Kondisi ini sudah dialami Jamilah, empat tahun ini.
"Sejak diceraikan suaminya itu langsung depresi, sering ngamuk tetangga dan akhirnya kesepakatan kita rantai. Tapi ini kita lepas untuk proses penyembuhan di Ngawi," jelas Juprianto, Kepala Desa Klorogan kepada wartawan, Kamis (10/8/2017).
Jamilah dirantai bertahun-tahun/ Foto: Sugeng Harianto |
Hal itu dibenarkan oleh ibu kandung Jamilah, Mujayanah (60). Kepada detikcom dirinya bercerita, sejak ditinggal sang suami, anak kandungnya sering marah-marah tak jelas. Bahkan saat ngamuk, Jamilah acapkali melempar barang di sekitarnya.
"Takut mas kalau dilepas rantainya nanti, mengamuk rusak semua isi rumah," tambah Mujayanah.
Jamilah merupakan 1 dari 16 warga di Kecamatan Geger yang mengalami ganguan jiwa. Mereka juga mengalami hal serupa yakni dipasung dan dirantai. Satu per satu para penderita ganguan jiwa ini diatasi dan diserahkan ke Dinas Sosial Kabupaten Madiun.
"Sebelumnya ada 16 orang yang terpasung dan terantai namun saat ini tinggal satu ini," kata Camat Geger Eryk Sanjaya kepada wartawan.
Jamilah dirantai bertahun-tahun/ Foto: Sugeng Harianto |
Penanganan Kesehatan Jiwa Masyarakat Kecamatan Geger datang, untuk menjemput Jamilah. Selanjutnya, Jamilah akan dibawa ke RS Jiwa dr Soeroto, Ngawi.
Fatur Rohman, petugas dari tim penanganan kesehatan jiwa masyarakat dari Dinas Sosial Kabupaten Madiun mengaku penanganan kasus seperti Jamilah dilakukan sesuai program pencanangan bebas pasung Kabupaten Madiun 2018 mendatang. Data dari Dinas Sosial, jumlah seluruh warga Madiun yang terisolasi baik terpasung dan di rantai ada 74 orang.
"Kita gencar melakukan pendekatan dengan penderita, supaya mau diobatì karena gratis tanpa biaya apapun sudah ditanggung Dinas Kesehatan. Total ada 74 semua di data kita yang gangguan jiwa dan terisolasi," pungkas Fatur. (fat/fat)












































Jamilah dirantai bertahun-tahun/ Foto: Sugeng Harianto
Jamilah dirantai bertahun-tahun/ Foto: Sugeng Harianto