Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mojokerto Muhammad Zaini mengatakan, ada tiga dusun di Desa Kunjorowesi yang warganya kesulitan air bersih, yakni Dusun Sumberan, Kandangan dan Kunjoro. Menurut dia, di desa ini tak ada sumber mata air maupun air tanah yang bisa dimanfaatkan oleh warga. Pada musim penghujan, warga hanya mengandalkan air hujan yang ditampung dengan tandon.
"Walupun dibor sampai dalam tak bisa karena tak ada sumber airnya. Ada sekitar 1.000 jiwa di desa tersebut yang terdampak tak adanya air bersih," kata Zaini kepada detikcom saat dihubungi, Kamis (3/8/2017).
Zaini menjelaskan, kesulitan air bersih itu sudah dirasakan penduduk Kunjorowesi selama bertahun-tahun. Penanganan sementara sebatas penyaluran bantuan air bersih menggunakan mobil tanki air.
"Setiap hari suplai air bersih 4 rit masing-masing lima ribu liter," ujarnya.
Sementara penanganan jangka panjang dan permanen, lanjut Zaini, melalui proyek pipanisasi Pam Simas sepanjang 4 Km. Proyek dengan anggaran dari pemerintah pusat ini untuk mengalirkan air dari sumber di Desa Duyung, Trawas ke Desa Kunjorowesi. Hanya saja proyek yang dikerjakan sejak 2016 ini ditargetkan baru selesai tahun 2019 nanti.
"Kapasitasnya nanti 5 liter/detik. Air akan dialirkan ke tandon-tandon yang sudah ada di Desa Kunjorowesi. Berikutnya, tahun 2019 ada program dari APBD Pemkab Mojokerto untuk pembuatan saluran ke rumah-rumah penduduk dengan model didorong dengan pompa," terangnya.
Kendati begitu, tambah Zaini, bencana kekeringan di Kabupaten Mojokerto sudah jauh berkurang dibandingkan tahun lalu. Sebelumnya, kekeringan melanda Desa Talun, Banyulegi dan Gunungan di Kecamatan Dawarblandong, serta Desa Jiyu di Kecamatan Kutorejo.
"Semuanya sudah terpasang PDAM sehingga tahun ini tinggal Desa Kunjorowesi," tandasnya. (fat/fat)











































