Menurut warga, rencana tersebut akan menambah jumlah kemiskinan dan pengangguran di Kota Blitar. Pasalnya lahan sawah produktif seluas 3 hektar itu menjadi tumpuan mata pencaharian mereka.
"Ada 70 petani yang hidupnya dari mengolah sawah ini. Kalau dijadikan sekolah, terus kami hidup ini bagaimana, darimana dapat penghasilan," kata seorang petani, Kusrianto (69) warga setempat di lokasi.
Para petani mengaku, sudah enam bulan tidak mempunyai penghasilan. Apalagi sejak tiga bulan lalu, lahan yang mereka kerjakan tiba-tiba diratakan dengan tanah.
Informasi yang dihimpun detikcom, rencana pembangunan SMPN 3 ini sejak awal sudah ditentang warga setempat. Alasannya, mereka sudah menggarap lahan bengkok itu sejak tahun 1983. Lahan seluas 3 hektar ini masih produktif dan menjadi sumber penghasilan bagi 70 petani penggarap yang merupakan warga setempat. Berbagai upaya mediasi antara Pemkot Blitar dengan petani masih menemui jalan buntu.
![]() |
"Ini kan lahan produktif. Kenapa harus dialihfungsikan jadi bangunan. Kan masih banyak lahan kosong lain yang bisa dimanfaatkan," kata Aji (44), petani lainnya.
Hal lain yang membuat warga menolak, sesuai dengan UU No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), lahan pertanian produktif tidak diperbolehkan untuk dijadikan lokasi pembangunan.
Bahkan pada 29 Mei 2017 lalu, DPRD Kota Blitar telah berkirim surat kepada Wali Kota Blitar. Isinya hasil audiensi gabungan Komisi I, II dan III dengan Gabungan Masyarakat Peduli Pangan (GMPP) yang menyatakan lahan tersebut masih produktif sebagai areal persawahan. Sehingga legislatif meminta pihak eksekutif Kota Blitar menunda atau menghentikan proses pembangunan SMPN 3, sampai ada titik temu dengan masyarakat.
Pemkot Blitar mewacanakan kepindahan gedung SMPN 3 Kota Blitar dari Jalan Soedanco Supriyadi ke Jalan Ciliwung, Kelurahan Tanggung. Rencana itu sudah melalui kajian dan juga penelitian kurang lebih selama empat tahun.
SMPN 3 Kota Blitar direlokasi karena sekolah terbesar di area monumen PETA Kota Blitar dengan jumlah siswa terbanyak. Padatnya kegiatan SMPN 3 sering menyebabkan kemacetan di Jalan Soedanco Soeprijadi.
SMPN 3 Kota Blitar juga menjadi proyeksi tempat wisata jika dibandingkan tiga sekolah lain di kompleks monumen PETA. Pemkot Blitar telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 90 miliar untuk pembangunan sekolah yang dilaksanakan secara bertahap atau multiyear tersebut.
Secara terpisah Sekda Pemkot Blitar, Rudi Wijanarko saat dihubungi menyatakan, proses pembangunan akan tetap dilanjutkan. " etap kami lanjutkan, soalnya sudah ada di APBD. Sekarang masih tahap lelang dan dijadwalkan akan selesai tahun 2018 mendatang," jelasnya.
Menurut Rudi, rencana Pemkot Blitar sudah dilaksanakan dengan perhitungan matang. Itu semua untuk pembangunan pendidikan di Kota Blitar, sehingga diharapkan peran serta masyarakat untuk mendukungnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini