Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada Ketua Kelompok Nelayan Samudra Bakti Ikhwan Arief di acara puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup di Jakarta (2/8/2017).
"Ini menjadi semangat buat kami para nelayan agar bisa memberikan perubahan untuk sekitar. Selama 10 tahun kami melakukan pelestarian ini khusus untuk perairan di wilayah kami," jelas Ikhwan kepada detikcom, saat dihubungi via seluler.
Perjuangan kelompok nelayan Samudra Bakti, kata Ikhwan, dimulai sejak 10 tahun yang lalu. Saat itu perairan Bangsring mengalami kerusakan parah karena penangkapan ikan dengan bom dan potasium. Praktik itu sudah dilakukan selama puluhan tahun secara turun temurun. Ini membuat nelayan sekitar kesulitan mencari ikan hias dan ikan tangkapan lainnya.
![]() |
Dari kelompok tersebut, tambah Ikhwan, mulailah dirinya dan nelayan yang lain mulai melakukan perubahan. Salah satunya adalah merubah pola tangkap nelayan lebih ramah lingkungan, dan membuat kawasan konservasi seluas 15 hektar di wilayah Pantai Bangsring. Di wilayah konservasi, atau zona perlindungan bersama tersebut tidak boleh ada aktivitas penangkapan ikan dan pengambilan karang.
"Yang tersulit adalah merubah mindset nelayan yang dulunya nge-bom ikan dan menangkap dengan potasium ke pelestarian terumbu karang. Kami malah awal dulu ada kegiatan ini diancam mau dibondet (bom ikan). Tapi kemudian masyarakat mulai sadar pentingnya konservasi terumbu karang," tambahnya.
Untuk awal, secara otodidak mereka melakukan transplantasi terumbu karang dengan menggunakan rak dari pipa paralon. Bibit karang yang diambil dari karang yang sehat diikat dengan senar di pipa paralon lalu ditenggelamkan di dalam laut.
Saat ini ada ribuan rak paralon transplantasi karang yang telah ditenggelamkan di wilayah zona perlindungan bersama. Rak tranplantasi tersebut dibuat dengan sistem donasi dari penyumbang. Para nelayan juga melakukan perawatan secara berkala terumbu karang yang ditanam.
"Selain ribuan rak transplantasi di wilayah zona perlindungan juga ada 500 apartemen ikan serta ratusan karang buatan yang kami letakan di dalam laut. Yang terakhir ada sistem biorock agar pertumbuhan karang tumbuh lebih cepat," kata Ikhwan.
Saat ini, ada 200 nelayan yang tergabung di Kelompok Nelayan Samudra Bakti. Mereka secara rutin melakukan edukasi menjelaskan pentingnya terumbu karang bagi keberlangsunggan ekosistem di laut baik di sekolah-sekolah dan lokasi zona konservasi. Kemudian zona konservasi itu tumbuh menjadi salah satu destinasi wisata, untuk konservasi terumbu karang. Tak hanya itu, lokasi itu kemudian juga menampung hiu-hiu terluka yang tertangkap nelayan.
"Kami tidak berpikir jika ini menjadi destinasi wisata. Kami berpikir ini hanya untuk penyelamatan terumbu karang. Kami sempat menolak. Tapi keinginan masyarakat ini harus dibuka untuk wisata edukasi," tambahnya.
Zona konservasi yang dikelola oleh nelayan Samudra Bakti tersebut saat ini dikenal dengan tempat wisata Bangsring Under Water dan telah menyedot perhatian ribuan wisatawan setiap tahunnya dan secara ekonomi nelayan di Bangsring sudah membaik.
"Kami meyakini bahwa jika kami merawat laut maka laut akan memberikan yang lebih kepada kami. Saat ini terumbu karang di Bangsring sudah tumbuh dengan bagus, perekonomian nelayan juga menjadi lebih baik. Pendidikan untuk anak-anak kami juga sudah menjadi perhatian dan kami tak pernah malu menyebutkan bahwa kami adalah nelayan," pungkasnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yang turut hadir dalam acara pemberian penghargaan, berterima kasih kepada para nelayan yang telah memberikan sumbangsih nyata terhadap masyarakat Banyuwangi.
"Ini adalah bentuk partisipasi rakyat dalam memajukan daerah. Apalah arti pemerintah tanpa peran masyarakat. Semoga penghargaan ini menjadi inspirasi bagi kelompok masyarakat lainnya untuk bersama-sama berkontribusi bagi Banyuwangi," kata Anas.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini