Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jatim wilayah V Banyuwangi, Sumpena, membenarkan terjadinya kebakaran tersebut. Kebakaran diduga terjadi dan mulai meluas sejak, Senin sore (31/7/2017) dan terus berlanjut hingga, Selasa siang (1/8/2017).
"Lahan yang terbakar di lereng Timur laut Ijen, masuk puncak Merapi," kata Sumpena kepada sejumlah wartawan, Selasa (1/8/2017).
Lahan yang terbakar masuk kawasan Ijen dan lahan Perhutani. Sayangnya, belum diketahui berapa luas lahan yang terbakar. Lahan itu terdiri dari alang-alang dan lahan pinus.
"Lokasinya jauh dari perkampungan dan lokasi wisata," tambahnya.
Sumpena menambahkan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kebakaran tersebut. Namun dugaan sementara adalah lahan tersebut terbakar lantaran perilaku manusia.
"Ini fenomena tahunan. Kami selidiki, kami sudah terjunkan tim gabungan ke lokasi. Mulai TNI/Polri, BKSDA, Polhut dan masyarakat ke titik api. Tapi, lokasinya cukup sulit dijangkau. Perlu perjalanan sekitar 8 jam," kata Sumpena.
Tak hanya melakukan penyelidikan, tim yang diterjunkan tersebut nantinya akan melokalisir kobaran api disekitar lokasi. Ini dilakukan agar tidak merembet ke lokasi lain.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Eka Muharam menjelaskan ada 8 titik api di sekitar wilayah Ijen. Rinciannya, 7 di lereng Ijen, satu lagi di Kecamatan Glenmore, bekas penanaman tebu. Dari jumlah titik api, kata dia, hanya satu yang terpantau besar. Yakni, di lereng utara.
"Malam hari keliatan apinya membesar dari arah Desa Bengkak, Kecamatan Wongsorejo. Sempat kita dekati, tapi lokasinya cukup jauh," jelasnya.
Meski jauh dari perkampungan, pihaknya tetap menerjunkan tim ke lokasi. Tujuannya, agar api tak sampai meluas. Tim terdiri dari TNI/Polri, Perhutani, BPBD dan masyarakat peduli api. Lokasinya memang jauh, perlu waktu sehari ke lokasi," tandasnya. (iwd/iwd)