Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Joko Surono mengatakan, serangan hama wereng tersebar secara sporadis di hampir semua kecamatan. wilayah terparah yang terdampak serangan hama penggerek batang tersebut berada di kecamatan Durenan.
"Meskipun ini masih spot-spot, tapi sudah lampu merah, karena kondisinya sudah ada 20 ekor per rumpun. Saat ini Para petani dan penyuluh berusaha untuk melakukan pembasmian sehingga ancaman puso bisa ditekan," kata Joko Surono kepada wartawan, Jumat (28/7/2017).
Dijelaskan Joko Surono, mewabahnya hama wereng diakibatkan sejumlah faktor. Di antaranya sistem pola tanam petani yang tidak serentak serta penggunaan obat-obatan pertanian yang tidak sesuai.
"Seperti yang kita lihat sekarang ini ada yang mulai panen, ada yang sudah tanam, ada yang mulai berbulir, jadi bervariasi. Sehingga memicu migrasi wereng dari tempat satu ke tempat lain," ujarnya.
Menurut Joko, penggunaan obat-obatan pembasmi hama yang sembarangan dan melebihi takaran juga bisa memicu terus berkembangbiaknya hama wereng. Dari hasil tinjauan di lapangan, banyak petani yang frustasi dalam proses pembasmian wereng, sehingga menggunakan aneka obat-obatan meskipun tidak direkomendasikan.
"Memang seketika bisa teratasi, tapi werengya tidak mati dan justru telurnya dengan mudah berkembangbiak. Selain itu wereng menjadi kebal terhadap berbagai jenis obat," imbuhnya.
Pihaknya berharap, para petani untuk lebih bijak dalam menggunakan obat-obatan pertanian, sehingga serangan hama tidak semakin meluas. Mengingat pembuatan obat pertanian telah melalui proses penelitian dan disesuaikan dengan kasus tertentu.
"Bahkan di lapangan itu ada yang pakai obat anti nyamuk," imbuhnya.
Terkait kondisi tersebut, dinas pertanian mengklaim telah menggelontorkan pestisida sebanyak 50 ton untuk ribuan hektare tanaman padi di 14 kecamatan. Pihaknya memastikan pestisida tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan petani.
"Kami juga mengajukan ke dinas pertanian provinsi terkait obat-obatan. Insya Allah tercukupi," imbuhnya.
Joko mengimbau para petani untuk melakukan konsultasi dengan penyuluh maupun petugas yang ada di lapangan, sehingga progres pembasmian dan penanggulangan hama bisa berjalan maksimal.
"Misalkan waktu yang tepat penyemprotan pestisida itu jam berapa, kemudian juga sistem penyemprotan yang benar itu bagaimana. Karena masih ada yang keliru, untuk sprayer biasa itu seharusnya dari (batang) bawah ke atas, karena daya semburnya lemah dan werenya ada di bawah, jangan terbalik, jelasnya. (fat/fat)











































