"Sulit untuk mensiasati jika harga garam masih mahal, karena garam merupakan bahan utama untuk pengasinan ikan. Jalan keluarnya terpaksa kita menurunkan produksi. Sedangkan harga garam dari petambak sekarang saya Ambil Rp 4.000, yang sebelumnya hanya Rp 1.700 per kg," kata Siti Saleha, warga Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, pemilik usaha pengasinan ikan, saat ditemui di kediamannya, Rabu (26/7/2017).
Ia mengaku, setiap harinya mampu memproduksi 1 ton ikan asin, saat ini produksinya menurun drastis. Siti hanya mampu memproduksi 3 kwintal saja. Dan itu sudah terjadi beberapa bulan.
"Itupun saya hanya bisa kirim ke pasar kecil atau pasar lokal saja. Untuk pasar skala besar atau di luar daerah sudah tidak mampu, karena terlalu mahal. Sedangkan untuk menaikkan harga ikan asin, saya takut. Karena itu berdampak terhadap pelanggan, harga saya naikan sedikit, saya berani mengurangi produksi saja," jelasnya.
Sedangkan saat ini, kata Saleha, harga ikan juga mahal. Saleha menuturkan, jika kondisi seperti ini terjadi dalam jangka panjang, maka usahanya terancam akan gulung tikar.
"Satu kali produksi itu butuh 4 kwintal garam, harganya Rp 2 juta. Jadi kita itu tidak mampu untuk menutupinya, ditambah mahalnya harga ikan. Karena ikan asin yang saya produksi ini, berbagai jenis ikan," tandasnya.
Sementara Hj Sumirah, salah satu pedagang ikan asin di pasar tradisional Paiton mengaku sejak harga garam mahal, ikan asin yang dijualnya di pasar mengurangi omzet. Pasalnya, selain stok ikan asinnya terbatas, harga kulakannya juga naik.
"Permintaan ikan asin sebetulnya banyak untuk dijual di toko peracangan, tapi sekarang stok ikan asin terbatas. Karena dari produksinya para pedagang di pasaran dibatasi. Jadinya kita hanya menjual seadanya," aku Sumirah, saat ditemui di lapak ikan asinnya.
Ia pun berharap, agar harga garam kembali normal dan tidak ada kelangkaan. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini