Itulah yang dilakukan 18 mahasiswa yang sedang mengikuti AIESEC di Surabaya selama 6 minggu. AIESEC merupakan organisasi mahasiswa watau pelajar. 18 Mahasiswa itu berasal dari Eropa dan Asia, di antaranya Malaysia, Cina Vietnam, Belanda, Portugak dan Belanda.
Mereka membuat lubang di pulau jalan, di Jaksa Agung Suprapto. Saat membuat lubang biopori, para peserta AIESEC dibantu puluhan siswa SD dan SMP. "Came on, is to hard," kata mahasiswa Znar Agha (27) asal Belanda kepada 5 siswa SD yang membantunya buat lubang biopori, Rabu (26/7/2017).
Mahasiswa yang mengambil jurusan hukum internasional lingkungan ini mengaku sangat terkejut dengan cara penyelamatan lingkungan di Indonesia. "Saya tidak tahu pasti di negara saya. Karena di sana para enginering yang paham dengan peralatan. Tapi ini merupakan pengalaman tersendiri bagi saya karena orang Indonesia juga peduli dengan lingkungan," imbuh Agha.
![]() |
Bahkan Khayrin akan menerapkan salah satu pelajaran lingkungan yang didapatkan selama di Surabaya yakni biopori, hydropinic dan tatakura. "Saya kira yang cocok diterapkan di Malaysia adalah tatakura. Karena tiga teknik lingkungan ini belum ada di Malaysia," ujar Khayrin.
Sementara Presiden Tunas Hijau Zamroni mengaku sangat senang dengan terlibatnya 18 mahasiswa luar negeri yang ikut pembuatan lubang biopori. "Kami target bisa buat 67 biopori sehingga bisa menampung 2 ribu kubik sampah organik serta bisa menjadi pelajaran bagi para mahasiswa luar negeri," kata Zamroni.
![]() |