"Kami sudah bentuk tiga desa tanguh bencana, tahun ini kami tambah lagi tiga desa. Desa tangguh bencana ini dibentuk di desa yang sering, pernah atau rawan bencana baik banjir, longsor, puting beliung maupun banjir rob," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana, di kantornya, Komplek Perkantoran Raci, Bangil, Selasa (25/7/2017).
Bakti menjelaskan, Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf menetapkan sejumlah kecamatan rawan bencana. Keputusan bupati tersebut, kata Bakti, merupakan bentuk instruksi bahwa harus dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko bencana.
"Warga di desa tangguh bencana diharapkan mampu menanggulangi bencana secara mandiri, memiliki kesiapsiagaan bencana. Mereka digembleng agar mengetahui potensi bencana, tanda-tanda akan adanya bencana dan bagaimana cara berkoordinasi dengan pihak terkait, SOP tanggap darurat dan lain-lain. Dengan demikian, risiko bencana bisa dieliminasi. Warga desa tangguh bencana juga diharapkan bisa membantu desa lain yang terkena bencana," tandas Bakti.
Pembentukan desa tangguh bencana ini melibatkan pemerintah desa, warga dan swasta. "Contoh di Wonokitri, melibatkan komunitas mobil wisata jip untuk mengatasi bencana lonsor di akses ke Bromo," terangnya Bakti.
Menurut Bakti, dari 341 desa dan 24 kelurahan, 60 persen masuk dalam peta rawan bencana. "Idealnya desa tangguh bencana dibentuk di 60 persen desa tersebut. Namun untuk sementara, satu kecamatan satu desa tangguh bencana itu sudah sangat bagus. Selain biaya yang tak murah, tak semua desa warganya bersedia. Setiap desa membutuhkan setidaknya 50-70 warga untuk kita latih," beber Bakti.
Sementara Sekretaris BPBD, Sugeng Hariadi, tiga desa tangguh bencana yang sudah dibentuk antara lain Desa Kedawungkulon Kecamatan Grati, Desa Wonokitri Kecamatan Tosari dan Kelurahan Ledug Kecamatan Prigen.
"Tahun 2017 ini, tengah dalam proses dibentuk di Desa Tambakan Kecamatan Bangil, Desa Patuguran Kecamatan Rejoso dan Desa Sukorejo Kecamatan Pohjentrek. Kami libatkan berbagai elemen dan organisasi untuk memberikan materi, seminar hingga peresmian," kata Sugeng.
Saat ini normalisasi juga tengah dilakukan di 14 titik di 4 sungai besar yakni Rejoso, Petung, Welang dan Lawean. Normalisasi dilakukan BBWS Brantas atas usulan Pemkab Pasuruan karena sejak tahun 2000 belum dilakukan normalisasi sehingga menjadi salah satu penyebab banjir. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini