Mengintip Tempat Belajar Anak Berkebutuhan Khusus di Dolly

Mengintip Tempat Belajar Anak Berkebutuhan Khusus di Dolly

Budi Sugiharto - detikNews
Senin, 24 Jul 2017 17:03 WIB
Suasana kelompok belajar khusus ABK di Dolly/Foto: Budi Sugiharto
Surabaya - Wisma 'Anak Bangsa' di Gang Dolly dulunya untuk esek-esek. Namun setelah dibeli Pemkot Surabaya, dimanfaatkan menjadi tempat belajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Sebanyak 34 ABK yang berasal dari berbagai kelurahan di Kecamatan Sawahan setiap hari menimba ilmu di bangunan yang lokasinya bersebelahan eks Wisma Barbara. Mereka belajar mulai Pk 14.00 Wib. Ada dua guru yang dibantu 3 relawan yang setiap harinya membimbing para ABK.

Dua guru itu adalah Sukarniyati (49) dan Sukartiningsih (47). Kakak beradik ini setiap hari ke Dolly setelah menunaikan tugas utamanya mengajar di SLB Tunas Mulya, Benowo. Sebagai guru ABK, keduanya sudah 'makan garam' saat diminta mengelola Kelompok Belajar Nusantara Kita oleh Pemkot Surabaya.

"Saya sangat menyenanginya, kalau tidak bertemu anak-anak jadi kangen," kata Sukartiningsih saat bincang-bincang dengan wartawan di lokasi, Senin (24/7/2017).
Mengintip Tempat Anak Berkebutuhan Khusus di Dolly BelajarRosi (berbatik) dan kawan-kawannya di Kelompok Belajar Nusantara Kita/Foto: Budi Sugiharto


Ia bersyukur karena Wali Kota Tri Rismaharini sangat peduli dan perhatian terhadap masa depan anak-anak, termasuk ABK di bekas lokalisasi yang berada di Kecamatan Sawahan ini.

"Bu Risma sangat peduli dan telah mengasih tempat ini, kita patut bersyukur," timpal Sukarniyati.

Perjuangan Sukarniyati dan adiknya mengelola kelompok belajar ini penuh suka duka. Uang pribadi seringkali dipakai untuk keperluan operasional.

Karena model kelompok belajar belum ada di sistem penganggaran pemerintah, maka untuk keperluan listrik dan snack menggunakan uang pribadi dua guru dan bantuan warga.

"Ya kita dapat honor untuk sementara dikatekorikan PAUD, kita sisihkan iuran untuk beli token listrik dan jajannya ana-anak. Kadang warga seperti Pak Iwan bantu-bantu," kata Sukarniyati.

Iwan adalah warga Dolly yang bertugas menutup dan membuka dan mengurusi soal air untuk keperluan kelompok belajar.

Namun hal itu tak membuat dua bersaudara serta relawan putus asa dan mengeluh. Mereka bisa memahami dan berterima kasih kepada Pemkot Surabaya sudah memberikan ruang untuk anak-anak bisa belajar.

"Dinas-dinas juga mengawal kelompok belajar ini, kami berterima kasih sekali," kata Sukarniyati.

Karena status kelompok belajar ini pulalah, sarana pendukung belajar dan bermain juga hasil sumbangan. Misalnya mainan mandi bola dan karpet disumbang oleh Wali Kota Tri Rismaharini.

Mengintip Tempat Anak Berkebutuhan Khusus di Dolly BelajarBekas Wisma Anak Bangsa yang sudah dibeli Pemkot Surabaya/Foto: Budi Sugiharto


Kemudian sebuah yayasan menyumbang buku-buku bacaan. Seorang saudara wali kota turut menyumbang meja untuk belajar.

"Pak Camat (Yunus) juga menyumbang keyboard untuk belajar kesenian anak-anak," kata dia.

Selain 34 ABK, kelompok belajar ini juga banyak menarik anak-anak di sekitar Dolly untuk singgah dan belajar serta bermain.

"Kami ajak main di sini sambil belajar, dari pada di jalan bahaya kan banyak motor," tambah Sukarniyati.

Dengan berjalannya kelompok belajar ini, ke depannya Pemkot Surabaya memikirkan operasional yang nilainya tidak sedikit.

"Kami mengusulkan TK Luar Biasa dan tetap ada kelompok belajar. Karena yang belajar di sini juga ada yang sekolah di SLB sehingga kelompok belajar diperlukan," katanya.

Salah satu ABK yang menimba ilmu di tempat tersebut adalah Rosi. Remaja berusia 21 tahun ini juga belajar di SLB. Rosi yang merupakan anak tunggal dari seorang pegawai honorer di Kelurahan Putat Jaya ini usai sekolah di SLb, belajar di Nusantara Kita.

"Saya senang, bisa belajar," kata Rosi yang ayahnya meninggal dunia sejak dirinya balita itu.

Rosi di Kelompok Belajar Nusantara Kita juga tekun belajar alat musik keyboard. Dia menyukai salah satu judul milik Band d'Masiv.

"Saya suka lagu jangan menyerah," kata Rosi malu-malu yang didampingi staf Kecamatan Sawahan, Yudha. (ugik/bdh)
Berita Terkait