"Waktu saya buka bungkusnya, saya curiga kok ada garam bentuknya bongkahan besar dan keras," kata Ratna, salah satu pengolah ikan asing di kawasan Nambangan, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya kepada wartawan di kediamannya, Minggu (23/7/2017).
Ratna mengatakan, garam yang dibeli ukuran 50 kg dengan harga yang sebelumnya Rp 150 ribu kini meningkat menjadi Rp 250 ribu. Garam tersebut dibeli dari orang yang datang dan menjual garam ke rumahnya.
Kegiatan rutin dilakukan setelah membeli garam yakni, membuka garam ukuran 50 kg tersebut dan dimasukkan wadah. Garam tersebut untuk bahan pengasinan ikan. Saat sedang memilah garam, dia mulai curiga dengan bentuk bongkahan seperti tawas yang bercampur dengan garam brosok (atau garam Jawa) tersebut.
![]() |
Garam krosok saat ditekan bisa hancur. Sedangkan bahan yang berbentuk agak besar dan bening berbeda dengan garam brosok yang warnanya agak keruh, susah hancur saat ditekan dengan jari.
"Saya pilah-pilah dan banyak sekali bongkahan seperti tawas ini," ujarnya.
Ia menceritakan, garam 'tawas' sudah ditemukan yang kedua kalinya. Sebelumnya, dilakukan pengasinan ikan, garam yang bercampur dengan es batu menjadi larut. Sedangkan, bongkahan seperti tawas itu ukurannya masih besar dan tidak meleleh.
"Sore dimulai proses pengasinan. Sampai jam 01.00 WIB dini hari, yang garam sudah larut. Sedangkan bongkahan seperti tawas ini, masih dalam bentuk besar dan tidak larut," jelasnya. (roi/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini