Kincir Air Tenaga Magnet ini Turunkan 40 % Biaya Budidaya Udang

Kincir Air Tenaga Magnet ini Turunkan 40 % Biaya Budidaya Udang

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Rabu, 19 Jul 2017 12:28 WIB
KTM inovasi mahasiswa unair ini membantu aerasi petambak udang (Foto: Humas Universitas Airlangga)
Surabaya - Selain pakan, penambahan udara/oksigen ke dalam air (aerasi) menggunakan kincir air merupakan merupakan salah satu komponen besarnya biaya budidaya udang. Berusaha membantu mengatasi persoalan tersebut, lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga menawarkan inovasinya.

Inovasi itu berupa sebuah kincir tenaga magnet (KTM) dengan konsep free energy walau energinya terus-menerus berputar. Inovasi ini bisa menghemat biaya hingga 40 %.

Lima mahasiswa FPK Universitas Airlangga Surabaya itu adalah Hafit Ari Pratama (ketua tim), Muhammad Zulfikar Alfian Bahtiar, Irfan Mahbuby, Anisa Redhita Sari, dan Zakariya. Ke depan, mereka ingin gagasannya ini bermanfaat dalam industri budidaya perikanan.

Melihat urgensinya atas kreasi ini, mereka menuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berjudul 'Kincir Tenaga Magnet (KTM). Dibawah bimbingan dan arahan dosennya, Putri Desi Wulan Sari, S.Pi, M.Si., proposal ini berhasil lolos dari penilaian Dikti sehingga berhak atas hibah dana dari Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2016-2017. Dari dana inilah purwa rupa dari gagasan tersebut direalisasikan oleh Hafit dan kawan-kawan.

"Kincir air ini bisa digunakan untuk aerasi tambak dalam budidaya secara intensif, khususnya budidaya udang vannamei," kata Hafit dalam siaran pers yang diterima detikcom melalui Humas Unair, Rabu (19/7/2017)..

Dijelaskan oleh Hafit, latar belakang dilakukannya inovasi ini adalah pada pembudidayaan intensif, khususnya budidaya udang vannamei yang pengeluaran satu siklusnya mencapai puluhan juta rupiah per hektarnya sebagai biaya operasional.

KTM ini bisa menghemat biaya hingga 40 %KTM ini bisa menghemat biaya hingga 40 % (Foto: Humas Universitas Airlangga)
Biaya operasional tersebut selain masalah pakan juga biaya untuk menggerakkan kincir air di kolam untuk aerasi. Masalahnya, tanpa adanya kincir air sebagai aerasi, komoditas udang yang dibudidayakan bisa mengalami kelambatan tumbuh hingga kematian, yang disebabkan oleh rendahnya kelarutan oksigen dalam kolam dan tingginya pH.

Selama ini kincir air itu digerakkan menggunakan bahan bakar solar yang biayanya bisa mencapai 50 % dari total biaya operasional. Kemudian kincir air yang digerakkan dengan listrik juga masih memakan biaya yang relatif mahal, yakni biaya listrik masih mencapai hingga 30 % dari biaya operasional. Selain itu listrik yang dikeluarkan harus memiliki daya cukup tinggi, sehingga efisiensinya dapat digolongkan masih rendah.

Kemudian dengan KTM (Kincir Tenaga Magnet), mula-mula kincir digerakkan dengan bantuan dinamo yang diputar oleh tenaga listrik dari aki. Saat kincir air memutar itu terdapat GGL Induksi yang dihasilkan oleh perputaran magnet dalam piringan yang berbenturan dengan kumparan kawat pada kerangka KTM. GGL Induksi ini yang kemudian menghasilkan listrik dan disimpan pada aki.

"Selanjutnya aki akan memutar dinamo dengan energi listriknya, dan dinamo menggerakkan kincir, begitu seterusnya," jelas Hafit.

Ditambahkan, dalam konsep ini masih diperlukan optimasi lebih lanjut. Konsep free energy yang ditawarkan masih belum optimal, karena KTM tidak dapat terus berputar selamanya, tapi akan berhenti pada waktunya.

Sehingga optimasi masih dibutuhkan untuk membuat KTM dapat berputar lebih lama seperti yang diharapkan. Optimasi ini dilakukan dengan cara menambah magnet dan koil, sehingga energi yang disimpan dalam aki dapat lebih banyak.

Kelebihan dari Kincir KTM buatan mahasiswa FPK UNAIR ini adalah lebih ramah lingkungan dan dapat dioperasikan tanpa menggunakan daya yang besar. Selain itu juga memiliki efisiensi lebih tinggi dari solusi yang ditawarkan sebelumnya, yaitu diperkirakan dapat menghemat biaya hingga 40 % jika dibandingkan dengan menggunakan listrik.

Bentuk KTMBentuk KTM (Foto: Humas Universitas Airlangga)


(iwd/fat)
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.