Keluarga Akbar bisa satu bulan penuh tinggal di Kota Malang. Bahkan bisa tiga kali bolak-balik Blitar-Malang dalam satu bulan.
"Waktu itu kami belum ngurus BPJS. Jadi ngatur uang walaupun harus bolak-balik Blitar-Malang ," kata Timbul, ayah Akbar, saat ditemui detikcom di rumahnya, Sabtu (15/7/2017).
Timbul dan istrinya tidak pernah membayangkan anak kedua mereka harus menderita sakit separah ini. Karena saat lahir kondisinya sangat sehat dan lincah.
"Ya mulai umur 5 tahun itu. Tiba-tiba badannya panas. Ada tiga benjolan di leher kanannya, badannya makin kurus cuma 5 kg ," jelasnya.
Mengetahui kondisi anaknya seperti itu, Timbul pun membawanya ke RS Aminah di Kota Blitar. Tim medis yang memeriksa menyatakan, Akbar menderita gizi buruk.
Rumah orang tua Akbar (Foto: Erliana Riady) |
"Punyanya cuma itu, anak pas butuh uang. Yang bisa dijadikan uang cepet ya itu. Saya mikirnya setelah diobati sembuh, gak apa-apa gak punya kendaraan. Ternyata ceritanya masih panjang," terang petani itu dengan lugu.
Karena kesulitan biaya, pihak RS Aminahpun menyarankan Timbul membawa anaknya ke rumah sakit pemerintah di RS Ngudi Waluyo Kab Blitar. "Saya disuruh minta surat keterangan gak mampu ke lurah. Semenjak itu desa jadi tahu kondisi saya. Kami mulai dapat bantuan beras, kakaknya Akbar sekolahnya gratis ," ungkapnya.
Baca, Perjuangan Petani di Blitar Obatkan Anaknya yang Sakit Leukemia
Sayangnya, pihak RS Ngudi Waluyo angkat tangan melihat kondisi Akbar yang semakin kurus dan lemah. Akbar pun lalu dirujuk ke RSSA Malang. Namun masih ada yang memberi perhatian. Seorang dokter menyarankan Timbul untuk mengurus BPJS Mandiri.
"Sebulan bayar Rp 28 ribu, tapi semua biaya berobatnya gratis," aku pria 51 tahun itu.
Timbul sebenarnya ingin mengolah lahan sempit milik orang tuanya untuk ditanami jagung. Kalau panen dia akan membeli sepeda motor bekas untuk transportasi anaknya berobat. Namun waktu dan pikirannya belum memungkinkan mengerjakan semua itu. Karena dia harus siap setiap saat membawa Akbar ke Malang jika kondisinya tiba-tiba lemah. (iwd/iwd)












































Rumah orang tua Akbar (Foto: Erliana Riady)