Apel ini yang digelar di pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ini diikuti diikuti personel TNI-Polri dan personel BPBD dari Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang. Apel juga diikuti unsur masyarakat dari Masyarakat Peduli Api (MPA), Paguyuban Jip, Paguyuban Kuda hingga masyarakat Tengger.
Suasana apel yang digelar di lautan pasir Bromo ini berlangsung khidmat. Udara yang dingin dan kabut tebal tak menyurutkan 500 peserta apel berdiri tegap membelakangi Gunung Bromo sampai apel purna.
"Apel ini tujuannya untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di wilayah kami dimana setiap musim kemarau sering terjadi kebakaran. Kami mengajak semua elemen yang berada di empat kabupaten ini untuk siap siaga mengantisipasi kejadian tersebut," kata Kepala TNBTS John Kennedie, usai apel, Rabu (31/5/2017).
John mengatakan TNBTS terbentang dari barat-timur dengan panjang sekitar 20-30 Km dan utara-selatannya sekitar 40 Km, mempunyai luas wilayah sekitar 50.276,3 ha. Di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya ±6.290 ha. Batas kaldera lautan pasir itu berupa dinding terjal yang ketinggiannya antara 200-700 meter.
"Daerah yang rawan dengan karhutla adalah Oro-oro Ombo, Ranupani di Lumajang yang merupakan padang savana. Kemudian padang savana Bromo, Ngadas, Ngadisari di Kabupaten Probolinggo, dan Gunung Kunci di Pasuruan. Pemicunya gesekan daun-daun kering atau juga karena puntung rokok," terangnya.
Pihaknya juga melakukan pelatihan pengendalian kebakaran untuk masyarakat dan patroli ditingkatkan.
Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengatakan, sebagai salah satu kawasan penyanggah TNBTS, pihaknya selalu siap terlibat dalam rangka mencegah bencana kebakaran hutan atau melakukan pemadaman.
"BPBD Kabupaten Pasuruan selalu siap jika dibutuhkan. Sebaia salah satu kawasan penyanggah kita akan bahu membahu menjaga TNBTS dari bahaya kebakaran," katanya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini