Ini Kata Bupati Blitar Pasca Penggerebekan Beras Mengandung Pemutih

Ini Kata Bupati Blitar Pasca Penggerebekan Beras Mengandung Pemutih

Erliana Riady - detikNews
Rabu, 31 Mei 2017 09:56 WIB
Foto: Erliana Riady
Blitar - Pasca penemuan beras mengandung bahan pemutih pakaian oleh Satgas Pangan Polres Blitar, semua instansi terkait di Pemkab Blitar bergerak cepat.

Bupati Blitar Rijanto dengan tegas memerintahkan dinas kesehatan berkoordinasi dengan dinas pertanian dan perdagangan, sidak langsung ke tempat penggilingan beras milik Sujoko di Tepas, Kesamben Kab Blitar

"Pelakunya sudah diamankan di mapolres, ini saya koordinasi dengan pihak kepolisian untuk cek lebih lanjut dan segera menarik beras itu dari peredaran," tegas Rijanto saat dihubungi detikcom dalam perjalanan menuju Surabaya, Rabu (31/5/2017).

Secara terpisah Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Pemkab Blitar, Christine Indrawati membeberkan bahaya mengkonsumsi bahan pangan yang dicampur bahan pemutih pakaian.

"Zat pemutih itu mengandung Klorin yang tidak boleh masuk ke tubuh. Kalau kena tangan saja rasanya khan clekit-clekit, bayangkan jika itu kita makan, efeknya ke saluran cerna mulai tenggorokan hingga lambung," paparnya saat dihubungi.

Dalam jangka pendek, lanjut Christine, konsumen akan merasakan nyeri lambung seperti maag atau nyeri ulu hati. Jika berkelanjutan tetap mengkonsumsi bahan pangan berpemutih, maka akan timbul kanker akibat tidak terkontrolnya pertumbuhan sel dalam tubuh.

"Karena kadar klorin sebenarnya kan rendah. Tapi kalau dikonsumsi jangka panjang bisa menumpuk dalam tubuh," tambahnya.

Menurut aturan Food and Drug Administrastion (FDA), lanjut dia, tidak boleh lebih dari 0,36 kalsium hipoklorit per 100 gram bahan makanan. Atau 0,82 natrium hipoklorit per 100 gram bahan makanan.

"Makanya perlu di cek ke laboratorium bukan klinis, untuk mengetahui kadar klorin pada beras yang diduga mengandung bahan pemutih pakaian itu," ungkap Christine.

Christine mengimbau masyarakat lebih waspada jika membeli beras, jangan karena harganya mahal langsung dibeli tanpa memperhatikan kualitasnya.

"Justru harus lebih cermat ya dengan beras yang harganya mahal. Secara kasat mata, cenderung lebih bersih lebih putih. Kalau diraba, teksturnya lebih kasar ," jelasnya.

Sementara dari pantauan detikcom, ternyata beberapa warga di Kota Blitar mengaku telah mengetahui kejanggalan beras berpemutih sejak lama. Seperti pengakuan Enik Minarsih (54) warga Jl Anjasmara Kota Blitar ini.

" Sudah lama itu mbak. Biasanya dalam plastik lima kiloan. Warnanya putih bersih, tapi kalau dicuci itu gak bersih-bersih. Airnya tetap keruh dan kalau dimasak, sudah matang rasanya puyeh gak gurih sama sekali. Apalagi kalau dimasukkan magic jar jadi berbau seperti kaporit , saya jadi takut makan," akunya.

Sejak saat itu, Enik memilih membeli beras curah di pasar karena bisa memegang dan melihat langsung beras yang akan dibelinya. Sementara dalam penyidikan polisi, Sujoko mengaku memang sudah tiga tahun menjalankan usahanya itu. (fat/fat)
Berita Terkait