Pengrajin Genteng di Lamongan Genjot Produksi Meski Sepi Peminat

Pengrajin Genteng di Lamongan Genjot Produksi Meski Sepi Peminat

Eko Sudjarwo - detikNews
Kamis, 18 Mei 2017 11:50 WIB
Foto: Eko Sudjarwo
Lamongan - Memasuki musim kemarau menjadi berkah tersendiri bagi pengrajin genteng dan batu bata. Namun, seiring perkembangan zaman, banyak masyarakat beralih menggunakan genteng cor atau bata ringan. Akibatnya pengrajin genteng ini harus bekerja ekstra memasarkan hasil kerajinannya.

Pengrajin genteng dan batu bata yang masih mengandalkan musim dan tanah liat dengan pembakaran tradisional ini berada di Dusun Klagen, Desa Kawisto Legi dan Desa Jagran, Kecamatan Karanggeneng. Hujan deras yang sesekali masih datang, tak menyurutkan niat mereka memproduksi genteng dan batu bata. Bahkan, mereka semakin memperbanyak produksi mereka agar bisa menjual lebih.

Salah seorang pengrajin genteng dan batu bata asal Dusun Klagen, Miftahul mengaku, untuk bisa membuat genteng dan batu bata dengan kualitas bagus, membutuhkan waktu 3 bulan. Mulai dari proses awal hingga genteng dan batu bata tersebut siap dipasarkan.
Foto: Eko Sudjarwo

Miftahul mengaku, proses pembuatan genteng dimulai dari pencetakan, penjemuran hingga pembakaran memakan waktu hampir 3 bulan. "Beberapa waktu terakhir ini cuaca cukup panas, walau beberapa saat terdapat turunnya hujan tapi tidak mempengaruhi produksi genting," katanya kepada wartawan, Kamis (18/5/2017).

Dia mengatakan, proses panjang selama hampir 3 bulan itu mereka bisa memproduksi 15-17 ribu genteng dan batu bata siap jual. Produksi genteng ini, menurut Miftahul, naik jika dibandingkan dengan produksi genteng tahun-tahun lalu.

"Kami mengerjakan ini secara bersama dengan seluruh anggota keluarga, tanpa pekerja lain," katanya.
Foto: Eko Sudjarwo

Untuk memasarkan genteng produksi ini, jelas dia, mereka mengandalkan pemasaran secara tradisional. Mereka secara mandiri memasarkan ke beberapa toko bangunan atau beberapa proyek pembangunan rumah langsung. Selain itu, biasanya ada juga pembeli yang datang langsung ke tempatnya. "Satu genteng yang jenisnya Mantili kami hargai Rp 1.600 perbiji," jelasnya.

Namun, tingginya jumlah produksi genteng ini tidak berbanding lurus dengan pendapatan yang diraih. Pasalnya, banyak masyarakat yang beralih ke genteng lain yang lebih modern. Masyarakat, kata Miftahul, banyak yang beralih ke genteng cor atau bata ringan yang harganya juga lebih murah. "Banyak yang beralih ke genteng cor atau bata ringan," tegasnya. (fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.