Kecamatan Grati yang berada di wilayah timur Kabupaten Pasuruan berpenduduk 83.457 jiwa. Sejak 2009 – 2016, di wilayah ini ditemukan sebanyak 288 kasus penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas serta mata ini.
Kondisi tersebut jadi keprihatinan sejumlah pihak, terutama Bupati Pasuruan HM Irsyad Yusuf. Ia fokus terhadap masalah kusta di Grati dengan menekankan dinas kesehatan dan instansi terkait mencari solusi mengendalikan dan mengobati sert mengeliminasi jumlah penderita kusta.
Muncullah program Surya Mas Jelita (Sehat untuk Berkarya, Mandiri Bersama Kelompok Jelang Eliminasi Kusta). Program ini digawangi Puskesmas Grati, sebagai wilayah paling banyak terdapat kasus kusta.
"Program itu menggunakan strategi "Srupud", yang merupakan singkatan dari sosialisasi, rembug kusta, upaya pendekatan personal, pembentukan KPD, upaya memberdayakan kelompok dan dievaluasi," terang Bupati Irsyad Yusuf saat memaparkan inovasi pelayanan publik Surya Mas Jelita di depan Tim Panel Independen di Ruang Sriwijaya II, Kementerian PAN-RB, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 69 Jakarta, Kamis (4/5/2017).
Sosialisasi yang dilakukan ini melibatkan banyak elemen antara lain petugas kesehatan, keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, media informasi dan format follow-up pemeriksaan. Sementara untuk rembug kusta, dilakukan dengan cara advokasi dan penguatan jejaring lintas sektor.
"Untuk pendekatan personal, dilakukan dengan cara pemeriksaan kontak dengan keluarga, memberi motivasi kesembuhan, edukasi pola hidup, mengajak kumpul bersama penderita kusta. Setelah itu, pasien juga dilatih cara merendam kaki, menggosok dengan batu apung, mengolesi dengan minyak, membalut luka serta pelatihan paguyuban kusta," terang bupati yang akrab disapa Gus Irsyad.
![]() |
Cara selanjutnya yakni dengan pemberdayaan. Para penderita dilatih menjahit, menyulam, kerajinan tangan, diberi bantuan alat, modal serta diberi pendampingan pembentukan koperasi paguyuban.
Semua proses tersebut kemudian dievaluasi dengan kartu evaluasi penderita, catatan tingkat kehadiran di kelompok, catatan perkembangan kelompok, catatan rujukan kader, catatan hasil pemberdayaan.
"Dampak program ini sangat nyata. Stigma masyarakat menurun dan masyarakat dapat menerima penderita kusta. Selain itu kepedulian masyarakat dan swasta juga meningkat. Dampak bagi pasien juga menggembirakan di mana tingkat kesembuhan meningkat, penderita menjadi percaya diri dan memiliki kemandirian berkarya bahkan bersedia jadi kader kusta," paparnya.
Karena tingkat keberhasilan yang tinggi, program ini direplikasi ke Puskesmas Pohjentrek, Nguling dan Winongan. Program ini mengantarkan kader kesehatan dan paramedis yang terlibat meraih penghargaan. Banyak daerah baik di Jawa Timur maupun luar provinsi lain melakukan studi banding dan belajar.
"Program ini memberikan pelayanan yang komprehensif mulai dari pengobatan perawatan sampai pemberdayaan. Dengan cara pendekatan manusiawi, komitmen dan kesungguhan semua pihak, kebersamaan semua elemen yang sehati, penderuta menjadi mandiri dan berkarya," kata Gus Irsyad.
Program Surya Mas Jelita dipilih sebagai salah satu inovasi pelayanan publik yang lolos untuk mengikuti proses presentasi dan wawancara di Kementerian PAN-RB. Tim Panel Independen akan memilih Top 40 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia.
Selain program Surya Mas Jelita, program Sakera Jempol (Sadari Kekerasan Perempuan dan Anak dengan Jemput Bola) Kabupaten Pasuruan juga lolos sebagai salah satu nominasi inovasi pelayanan publik terbaik Indonesia. (ugik/ugik)