Di Desa yang Hilang di Mojokerto Ini Ada Pusat Kuliner Nasi Jagung

Di Desa yang Hilang di Mojokerto Ini Ada Pusat Kuliner Nasi Jagung

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 02 Mei 2017 10:57 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Terletak di lereng Gunung Welirang, Sendi mempunyai keindahan alam yang dibalut udara sejuk pegunungan. Wilayah di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto ini juga mempunyai peninggalan bersejarah yang patut dilestarikan. Namun, yang membuat nama Sendi begitu popular adalah kuliner nasi jagung.

Eks Desa Sendi terletak sektar 5 Km dari Desa/Kecamatan Pacet. Tanda telah memasuki wilayah ini cukup sederhana, kita telah melalui tanjakan curam. Ya, kawasan ini memang terkenal dengan tanjakan dan turunan yang kerap mengakibatkan rem kendaraan blong. Sehingga sering terjadi kecelakaan fatal di jalur Sendi yang menghubungkan Mojokerto-Batu itu.

Namun, setelah melalui jalur yang menantang itu, kita akan disambut dengan alam pegunungan yang indah dan udara yang sangat segar, jauh dari keramaian kendaraan dan asap pabrik. Ditambah lagi dengan adanya pusat wisata kuliner nasi jagung. Pusat kuliner ini terletak di sisi selatan permukiman penduduk eks Desa Sendi dan berbatasan langsung dengan Taman Hutan Raya (Tahura) R Soerjo.

Foto: Enggran Eko Budianto


Saat ini terdapat 49 petak warung di pusat kuliner nasi jagung Sendi. Tempat ini memang layak disebut pusat kuliner nasi jagung lantaran seluruh warungnya menjual menu yang sama, yakni nasi jagung. Khususnya saat hari libur, tempat ini ramai diserbu wisatawan. Terletak di jalur wisata Pacet-Batu, tak ayal banyak wisatawan yang mampir untuk makan siang.

Ramainya pengunjung, tak lepas dari ciri khas nasi jagung Sendi dibandingkan tempat lain. Menurut Diah Ratnasari (20), salah seorang pemilik warung, nasi jagung Sendi disajikan kepada pengunjung dalam kondisi hangat.

"Jadi pengunjung harus menunggu dibuatkan dulu, kemudian penyajiannya menggunakan bakulan, tidak langsung dipiring, lauk, sayur dan sambal disendirikan," kata ibu satu anak ini kepada detikcom, Selasa (2/5/2017).

Foto: Enggran Eko Budianto


Untuk mencicipi kehangatan nasi jagung Sendi, tak perlu merogoh dompet terlalu dalam. Cukup Rp 10 ribu kita bisa menyantap seporsi nasi jagung lengkap dengan sayur selada air, tahu, tempe, dan sambal terasi. Untuk sayur, pengunjung bisa memilih menggunakan daun pakis, daun manisa, bisa juga ditambah terung. Lauknya pun tersedia telur goreng hingga ikan mujair. Otomatis harganya bisa sampai Rp 30 ribu per porsi.

"Katanya orang-orang, nasi jagung di sini rasanya empuk, sambalnya pedas," ungkap Katri (50), pemilik warung nasi jagung lainnya di Sendi.

Cita rasa khas nasi jagung Sendi, menurut Katri, tak lepas dari cara memasaknya yang menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Dia sengaja mempertahankan teknik ini untuk menjaga kualitas rasa nasi jagung Sendi.

Tak ayal setiap hari libur, warung nasi jagung miliknya diserbu wisatawan. Menurut dia, pengunjung mayoritas datang dari Mojokerto, Sidoarjo, Malang, Batu dan Surabaya.

"Tiap hari buka jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Kalau pas ramai omzet bisa sampai Rp 2 juta sehari, kalau hari biasa Rp 200-300 ribu sehari," jelas istri Paimun (66) ini.

Foto: Enggran Eko Budianto


Katri mengaku telah 15 tahun berjualan nasi jagung di Sendi. Ibu dua anak dengan dua cucu ini awalnya hanya iseng menjual nasi jagung. Kuliner yang satu ini memang menjadi makan sehari-hari penduduk eks Desa Sendi.

"Awalnya saya bawa dari rumah saya jual di tempat ini. Kemudian ada Camat Pacet saat itu, saya ditanya jualan apa, nasi jagung. Dicicipi sama orangnya, kemudian disuruh berjualan di sini karena katanya enak," kisahnya.

Apa yang dilakukan Katri saat itu, kemudian diikuti oleh penduduk eks Desa Sendi lainnya. Tokoh masyarakat Sendi, Supardi (59) menuturkan, pusat wisata kuliner nasi jagung mulai berdiri tahun 2002. Berawal dari tiga warung, saat ini telah berdiri 49 warung di tempat ini. Seluruh pedagang merupakan penduduk eks Desa Sendi.

"Pusat kuliner nasi jagung ini menjadi penopang hidup masyarakat Sendi. Jika kaum pria berkebun di hutan, maka kaum perempuan mencari nafkah di warung," tandasnya.

Foto: Enggran Eko Budianto


Sendi juga diperkaya dengan peninggalan perang dunia II. Di kampung ini terdapat bunker peninggalan penjajah Jepang yang oleh warga setempat disebut goa Jepang. Bunker ini konon menjadi basis pertahanan tentara Jepang sekaligus gudang logistik.

Bagian yang paling mudah diakses adalah petilasan di puncak Puthuk Kursi. Berada di tempat tertinggi di wilayah Sendi, tempat ini merupakan sisa ventilasi bunker peninggalan Jepang. Namun, oleh warga setempat saat ini dijadikan tempat sakral untuk menggelar ritual adat. (ugik/ugik)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.