Kapolrestabes Surabaya Minta Generasi Muda Jaga Keutuhan NKRI

Kapolrestabes Surabaya Minta Generasi Muda Jaga Keutuhan NKRI

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Jumat, 28 Apr 2017 17:31 WIB
Foto: Istimewa
Surabaya - Indonesia adalah satu meski banyak perbedaan di dalamnya. Adalah tugas bersama untuk menjaga dan menghormati perbedaan-perbedaan tersebut. Memahami, memaknai, dan menjabarkan isi sila dalam Pancasila dan UUD 1945 adalah salah satu cara untuk terus menjaga kebhinekaan di Indonesia demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal itu disampaikan Kapolrestabes Surabaya Kombespol Mohammad Iqbal dalam dialog kebangaan bertema 'Merajut kembali jiwa nasionalisme kebangsaan dan jati diri bangsa demi keutuhan nusantara' yang digelar di Ruang Utama Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jumat (28/4/2017).

"Mahasiswa sebagai anak muda adalah generasi penerus bangsa, calon pemimpin bangsa. Hendaklah calon pemimpin bangsa ini selalu menjaga kebhinekaan, harus memiliki pemahaman kebhinekaan dan keberagaman" ujar Iqbal dalam dialognya, Jumat (28/4/2017).

Perbedaan, kata Iqbal, bisa menjadi kekayaan bangsa. Tetapi perbedaan juga bisa menjadi pemicu konflik karena akibat perbedaan kepentingan. Namun Iqbal percaya bahwa dengan kemampuan dan pemahaman keilmuannya, anak muda bisa menyingkirkan konflik itu jauh-jauh.

"Mahasiswa harus mampu menjadi pelopor perubahan tentang stigma yang salah mengenai perbedaan. Indonesia adalah rumah bersama, NKRI harus dijaga," lanjut Iqbal.

Iqbal juga mewanti-wanti generasi muda agar tak mudah terpengaruh hedonisme global. Gadget yang saat ini semua orang sudah punya memang sangat membantu dalam segala hal. Tetapi komunikasi secara langsung tetaplah yang utama. Jangan sampai alat elektronik itu menjadikan seseorang menjadi pribadi yang individualistik.

"Gadget menjadi salah satu sebab orang tidak berkomunikasi secara langsung. Itu berbahaya karena sifat individualistik bisa datang dari situ," tandas Iqbal.

Selain Iqbal, yang juga menjadi pembicara dalam dialog tersebut adalah KH Agus Sunyoto. seorang sejarawan. Dalam dialog itu, Agus menceritakan bagaimana gigihnya para pahlawan bangsa saat melawan penjajah. Para pahlawan tersebut mengesampingkan ego masing-masing dan berjuang bahu membahu bersama mengusir penjajah.

Agus juga menceritakan tentang rasa kebangsaan yang kurang sehingga mengalami keruntuhan. Agus mencontohkan Islam di Spanyol. Islam di Spanyol saat itu berkembang pesat. Namun dengan cepat pula Islam di Spanyol terkalahkan.

"Bangsa Kurdi dulu mempunyai kesultanan yang luas yang dipimpin Salahudin. Tetapi sekarang bangsa Kurdi tidak mempunyai negara dan tinggal sebagai suku saja di Turki, Irak, dan Iran," kata Agus. (fat/iwd)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.