Struktur tersebut ditemukan tepat di sisi barat makam Dusun Bendo. Tumpukan bata merah besar yang tersusun rapi itu berbentuk memanjang dan berkelok. Terpendam di bawah tanah sekitar 0,5 meter. Struktur sendiri mencapai ketinggian satu meter. Sementara pada bagian atas dan sekitar struktur ini, ditemukan beberapa batu umpak.
"Di sini kami temukan bukti adanya bangunan, adanya batu umpak dan struktur bata yang masih utuh. Batu umpak pada zaman Majapahit biasa berfungsi sebagai landasan tiang bangunan," kata Kepala Sub Unit Penyelematan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, Ahmad Hariri kepada wartawan di lokasi, Kamis (13/4/2017).
Bangunan kuno tersebut terletak sekitar 250 meter di sisi timur dari struktur yang dijarah. Bangunan dari bata kuno yang telah habis dijarah itu diperkirakan berupa pagar peninggalan Majapahit.
Foto: Enggran Eko Budianto |
Selain itu, lanjut Hariri, pihaknya juga menemukan struktur dari bata kuno di sisi barat situs yang dirusak yang berjarak sekitar 250 meter. Saat ini, lokasi tersebut menjadi punden yang disakralkan warga setempat.
Sementara sekitar 100 meter di sisi timur dari punden, ditemukan sebuah arca yang dipercaya warga setempat sebagai patung dewa. Namun, Hariri belum bisa memastikan bentuk arca purbakala itu lantaran kondisinya rusak. Hanya tersisa batu pondasi dan sebagian tubuh arca. Tempat ini diperkirakan bekas tempat pemujaan pada zaman Majapahit.
Bahkan, pada sisi utara situs yang dijarah, jelas Hariri, banyak ditemukan benda-benda cagar budaya dari bahan emas, perunggu, kepingan uang kuno, pelita atau lampu kuno dan struktur dari bata kuno. Temuan itu sesuai keterangan warga yang saat ini mengelola lahan seluas 6.720 meter persegi itu untuk membuat bata merah.
"Temuan-temuan itu kami yakini masih ada kaitan secara arkeologis dengan situs Kumitir yang dirusak. Karena jaraknya sekitar 250 meter, cukup dekat," terangnya.
Jika dilihat secara keseluruhan, jelas Hariri, situs Kumitir mencakup area dengan radius 250 meter dari struktur yang dijarah. Pihaknya memperkirakan, situs ini sebuah kompleks permukiman zaman Majapahit.
"Kemungkinan besar di sini ada permukiman, tapi posisi pasti kami belum temukan. Hasil identifikasi kemarin sebatas pagar (situs yang dirusak), di dekat makam meskipun ada indikasi bekas bangunan, kami belum temukan bukti lain bahwa bangunan lebih dari satu," ujarnya.
Untuk memastikan bentuk dan fungsi struktur kuno di situs Kumitir, tambah Hariri, harus dilakukan penelitian khusus. Hasil dokumentasi dan penggalian data di lokasi akan diajukan sebagai usulan untuk kajian tersebut.
"Kami akan laporkan ke pimpinan supaya areal sini bisa diteliti. Kami sedang menyusun laporan sebagai salah satu rekomendasi untuk melakukan kajian khusus di area situs Kumitir. Mudah-mudahan bisa segera kami tindaklanjuti," tandasnya. (fat/fat)












































Foto: Enggran Eko Budianto