Deni Indianto, salah seorang pecinta sejarah, warga Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, menegaskan pemberitaan di salah satu media yang menjadikan dirinya narasumber itu tidak benar.
Intimidasi itu kabarnya dialami saat komunitas tersebut saat mengambil foto di galian C Jabung, Jatirejo tiga tahun yang lalu.
"Itu sudah saya klarifikasi, salah paham. Memang pernah dulu tiga tahun yang lalu, tapi lokasi bukan di situ (Situs Kumitir). Teman pecinta sejarah dapat ancaman di galian Jabung, kata teman-teman dicegah sama preman, akhirnya suatu saat motret lagi harus sembunyi-sembunyi," kata Deni saat dihubungi detikcom, Minggu (9/4/2017).
Baca Juga: Situs di Mojokerto Rusak Parah Setelah Dijarah, Ini Penampakannya
Deni juga tak mengetahui persis bentuk ancaman yang dialami rekannya sesama pecinta sejarah saat itu. "Soal pakai pistol saya tidak mengerti, ada juga salah satu keluarganya yang diancam," ujarnya.
Sementara terkait foto penjarahan bata kuno yang menjadi viral di media sosial, menurut Deni hasil jepretan temannya. Foto tersebut diambil seminggu yang lalu, kemudian diunggah Deni melalui akun facebook pribadinya Sabtu (8/4/2017).
"Di situs Kumitir tak ada intimidasi. Kemarin saya terima foto dari teman. Karena genting, maka saya posting dulu supaya pihak terkait segera menangani," terangnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Mojokerto AKBP Rachmad Iswan Nusi memastikan tak ada intimidasi dari pihak mana pun di lokasi penjarahan bata kuno situs Kumitir.
"Tidak ada mengancam-ancam," tandasnya.
Situs purbakalitu ditemukan sejak adanya penggalian tanah untuk keperluan urugan dan pembuatan batu bata. Namun, saat ini situs tersebut rusak dan hampir habis dijarah.
Tak hanya itu, pada sisi utara situs tersebut juga terdapat struktur dari bata yang sama, yakni pada lahan pembuatan bata merah. (ugik/ugik)











































