"Kita harus menyadari bahwa ada beberapa titik yang merupakan daerah yang bisa dikatakan rawan terhadap bencana," kata Saifullah Yusuf kepada wartawan usai acara Diskusi publik 'Membedah Tata Kelola Bencana di Jawa Timur' dalam rangka Peringatan HUT ke 71 PWI dan Hari Pers Nasional (HPN) di Hotel Santika Premier Surabaya, Senin (27/3/2017).
Dari 38 kabupaten dan kota di Jatim, ada beberapa derah yang berpotensi terkena bencana alam banjir, longsor, angin puting beliung seperti, Malang, Jember, Lumajang, Banyuwangi, Pacitan, Trenggalek, Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Blitar, Tulungagung, Kediri, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Bangkalan, Sampang, Jombang, Mojokerto, Nganjuk, Bojonegoro, Tuban, Surabaya, Gresik, Lamongan, Sidoarjo.
Wagub yang akrab disapa Gus Ipul mengaku dalam beberapa waktu terakhir dan diperkirakan ke depan, bencana alam banjir masih berpotensi, karena pengaruh cuaca ekstrim.
"Memang durasi khususnya banjir ini meningkat terus setiap tahunnya. Kami perlu bekerja keras untuk memperbaiki keadaan ini dengan membuat tanggul-tanggul, maupun normalisasi," ujarnya.
Wagub juga berharap, masyarakat juga sadar dan ikut menjaga lingkungannya.
"Kita ingin membangun kesadaran masyarakat bahwa, mereka tahu situasi dan kondisi lingkungan dengan baik. Sehingga mereka bisa berpartisipasi dalam hal untuk menjaga lingkungannya," ujarnya.
Ia menambahkan, masyarakat Jawa Timur juga enggan diajak mengungsi ke tempat pengungsian yang sudah disediakan oleh aparat.
"Tapi mereka tidak mau mengungsi. Secara umum masyarakat terkena bencana banjir di Jawa Timur tidak mau mengungsi. Tempat pengungsian pun menjadi kosong. Mereka lebih senang tinggal di rumah saudaranya atau tetangganya yang tidak terkena banjir," katanya.
Jika masyarakat enggan diungsikan, Gus Ipul khawatir jika terjadi sesuatu yang mendadak, akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
"Ya kadang-kadang kita khawatir saja. Kalau tiba-tiba banjir datang lagi, terus sulit untuk bisa diselamatkan. Kalau terjadi apa-apa, nanti yang disalahkan pemerintah, karena pemerintahnya tidak mau hadir," jelasnya.
Wagub menambahkan, kadang masyarakat sudah memiliki penilaian sendiri kapan waktunya mengungsi atau belum. Bahkan, ada yang sudah menyiapkan tempat tidur yang posisinya lebih tinggi. Termasuk menyediakan tempat khusus perabotan elektronik rumah tangga, aman dari banjir.
"Kita mengajak masyarakat akrab dengan bencana. Masyarakat sudah tahu lah kapan banjir akan datang, sehingga sudah melakukan upaya antisipasi," terangnya sambil mencontohkan banjir di Sampang. (roi/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini