Kisah Teladan Muhlas, Spesialis Memandikan Jenazah

Kisah Teladan Muhlas, Spesialis Memandikan Jenazah

Putri Akmal - detikNews
Rabu, 08 Mar 2017 14:49 WIB
Muhlas berprofesi Memandikan Jenazah/Foto: Putri Akmal
Banyuwangi - Profesi memandikan jenazah, salah satu pekerjaan mulia yang mulai dilupakan. Bagi sebagian orang pekerjaan ini dinilai menakutkan dan memiliki penghasilan yang tak tentu.

Namun, alasan itu tak berlaku bagi Muhlas (64). Pria yang mulai menekuni profesi memandikan jenazah sejak tahun 1990 silam itu mengaku bukan mengejar bayaran sebagai tolak ukur. Warga lingkungan gentengan RT 1 RW 3 Kelurahan Singonegaran, Banyuwangi itu tak pernah meminta bayaran, diberi atau tak diberi imbalan menurutnya tidak menjadi masalah.

Menurut bapak dua anak itu, profesi yang ia tekuni adalah pekerjaan menekankan ikhlas sebagai niat yang wajib ditanamkan dalam hati.

"Menjadi pemandi jenazah itu sejak awal tujuannya harus ditata dulu dalam hati, dipasang dulu dalam diri. Pekerjaan Lillahita'ala niatnya membantu bukan bayaran, kalau ikhlas nanti barokah," cerita Muhlas saat ditemui detikcom saat Pelatihan Modin di Gedung Wanita Paramitha Kencana, Jalan RA. Kartini, Banyuwangi, Rabu (8/3/2017).

Selama 27 tahun menjadi seorang pemandi jenazah, dalam sehari Muhlas bisa dimintai tolong untuk memandikan 2 sampai 3 jenazah. Dari profesinya itu, tak sedikit keluarga mendiang memberinya sodaqoh.

Ketika awal memulai profesi ini di tahun 90-an, Muhlas pernah diberi imbalan sebesar Rp 25 sampai sekarang Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Namun tak jarang ia hanya diberi ucapan terima kasih sebagai pengganti jerih payahnya.

Hal yang terpenting baginya adalah membantu mensucikan jasad yang tidak dia kenal untuk menghadap sang khalik.

"Dulu waktu tahun 90-an diberi sodaqoh Rp 25 sekarang Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Tapi lebih banyak yang bilang kesuwun (terima kasih) saja. Tapi saya nggak apa-apa. Dikasih diterima nggak dikasih juga tetap saya mandikan jenazahnya, namanya juga kerja lillahita'ala," tuturnya.

Muhlas sendiri mengaku senang menjalani profesinya sebagai pemandi jenazah. Dia mengatakan dirinya sampai saat ini tidak pernah bermimpi atau bahkan mengalami hal aneh dalam menjalani profesinya. Untuk prosedur pemandian dijalankan sesuai syariat Islam, dengan menggunakan sabun dan dibasuh sebanyak tiga kali.

"Selama menjadi pemandi jenazah nggak ada hal aneh yang saya alami, Alhamdulillah semua normal," paparnya.

Pengabdiannya sebagai pelayan ummat berbuah manis. Di balik ribuan pengalaman memandikan jenazah, rezeki barokah kepada Muhlas dalam menjalani profesinya tak pernah surut. Muhlas bisa mengantarkan 2 anaknya hingga ke bangku kuliah. Di tahun 2003 lalu Muhlas juga mendapatkan kesempatan pergi ke tanah suci untuk menjalani ibadah haji gratis. Kesempatan itu sebagai hadiah dari mantan bupati Alm. Samsul Hadi saat menjabat sebagai bupati.

Di samping menjadi modin jenazah, Muhlas juga mengabdikan diri untuk mengajar mengaji anak-anak di TPQ di kawasan tempat tinggalnya. Sejak zaman Kolonel Polisi (Purn) H. Turyono Purnomo Sidik menjabat sebagai Bupati Banyuwangi periode 1991 hingga 2000, Muhlas juga selalu dipercaya membantu memimpin pengajian di Pendopo Sabha Swagata Blambangan.

Untuk menjaring kader-kader baru, sejak 10 tahun lalu Muhlas sudah aktif memberi pelatihan mandiri memandikan jenazah kepada puluhan jamaah di lingkungannya. Muhlas berharap, pelatihan yang ia berikan bisa bermanfaat dan melayani ummat lainnya. Muhlas juga makin bangga saat Pemkab Banyuwangi memberi pelatihan dan perhatian khusus bagi ratusan modin jenazah di seluruh Banyuwangi.

"Sudah 10 tahunan ini ngajari jamaah untuk memandikan jenazah. Sekarang makin bangga karena ada perhatian dari pemda bagi modin-modin jenazah, semoga semakin barokah," tandasnya. (fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.