Dubes Kanada di Kampung Bulak, Janji Bantu Permasalahan Nelayan

Dubes Kanada di Kampung Bulak, Janji Bantu Permasalahan Nelayan

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Jumat, 10 Feb 2017 12:30 WIB
Foto: Imam Wahyudiyanta
Surabaya - Nelayan Bulak kedatangan Duta Besar Kanada HE Peter MacArthur. Perwakilan negara asing tersebut datang untuk membantu rencana atau program, terkait dengan permasalahan nelayan dan juga dampak perubahan iklim.

Peter disambut di Kantor Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, Kenjeran. Peter menyampaikan maksud kedatangannya serta mengajak para nelayan berdiskusi. Hadir pula Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

"Kami telah bekerjasama sejak tahun 2016," ujar Peter dalam sambutannya, Jumat (10/2/2017).
Dubes Kanada dan Wagub Gus IpulDubes Kanada dan Wagub Gus Ipul Foto: Imam Wahyudiyanta

Kerjasama yang dimaksud Peter adalah kerja sama antara Kedubes Kanada dengan Walhi Jatim untuk masyarakat pesisir. Kenapa yang disasar daerah pesisir, Peter mengatakan masyarakat pesisirlah yang pertama kali terdampak oleh perubahan iklim.

"Meski terdampak pertama kali, namun kebanyakan masyarakat pesisir tak sadar," kata Peter.

Dampak itu, kata Peter, antara lain adalah cuaca yang ekstrim, ombak besar, hingga imbas ikan yang menghilang. Karena itu Kedubes Kanada ingin agar nelayan tak hanya tergantung pada laut jika ada perubahan iklim yang nelayan tak bisa melaut.

Peter ingin agar nelayan lebih berdaya guna. Tidak hanya para nelayannya sendiri, tetapi juga keluarganya. Kedubes Kanada ingin memberi pelatihan terutama kepada kaum perempuan di permukiman nelayan agar lebih mandiri bila penghasilan dari melaut tidak menentu.

"Misalkan menjahit, atau membuat kerajinan dari hasil laut," tambah Peter.
Dubes Kanada dan Wagub Gus IpulDubes Kanada dan Wagub Gus Ipul Foto: Imam Wahyudiyanta

Peter yakin program ini akan berkembang karena pemerintah daerah setempat, akan mendukung sekaligus menjadi partner untuk menanggulangi risiko terkait kehidupan para nelayan.

Gus Ipul tentu saja setuju dengan program yang berdaya guna bagi nelayan. Dan Pemprov Jatim bersedia dan menyediakan fasilitas untuk itu.

"Kerjasama dengan Walhi sudah jalan. Ada desain bahwa akan ada pemecah ombak, pemukiman bersih, dan usaha bersama," kata Gus Ipul.

Untuk meningkatkan ekonomi nelayan, Gus Ipul meminta agar nelayan tak menjual semua ikannya. Cukup dijual separuhnya saja. Sisanya dijual dengan nilai tambah seperti dibuat makanan kalengan atau produk olahan lain.

"Jangan dijual mentah semuanya, tapi dijual juga dalam bentuk sarden misalnya. Kami tak ingin nelayan menjadi konsumen, padahal nelayan kan produsen. Jangan sampai nelayan membeli ikan yang mereka hasilkan yang sudah dalam bentuk lain," lanjut Gus Ipul.

Gus Ipul juga menyoroti masih banyaknya limbah laut yang tidak dimanfaatkan. Dalam seminggu, nelayan Bulak menghasilkan empat truk limbah laut berupa cangkang kerang dan lain sebagainya. Dari jumlah itu, 10 persennya dibuat suvenir, sementara sisanya dibuang begitu saja.

Padahal jika dimanfaatkan, limbah itu akan sangat berguna. Yang paling gampang menurut Gus Ipul adalah limbah itu dijadikan campuran bahan material bangunan. Caranya, limbah laut itu harus dihancurkan terlebih dahulu untuk kemudian dicampur untuk membuat batako atau batu bata.

"Akan kami fasilitasi mesin penghancur itu. Hasilnya bagus kok untuk campuran material bangunan. Untuk pemanfaatan lain, kami akan bekerja sama dengan pihak kampus," tandas Gus Ipul.
Dubes Kanada dan Wagub Gus IpulDubes Kanada dan Wagub Gus Ipul Foto: Imam Wahyudiyanta

Dalam kesempatan itu, Peter dan Gus Ipul berjalan dan melihat kegiatan warga Nelayan Bulak. Mereka mengomentari kegiatan warga menjemur hasil laut di depan rumah. Gus Ipul bertanya tentang harga udang kecil (grago) yang dijemur di depan sebuah rumah.

"Kalau dijual basah cuma Rp 5 ribu per kg, tetapi kalau dikeringkan bisa Rp 20 ribu per kg," kata pemilik rumah.

Gus Ipul senang mendengarnya dan meminta agar warga menjual dengan harga yang secara keekonomisan menguntungkan mereka. Peter dan Gus Ipul juga mendatangi sebuah halaman luas yang digunakan warga untuk menjemur ikan asin. Melalui penerjemahnya, Peter ingin tahu bagaimana ikan asin itu dibuat dan berapa lama waktu menjemur.

"Dari laut, ikan direndam dalam air garam. Kemudian dijemur. Kalau matahari panas, 2 jam sudah kering. Tapi kalau berawan seperti sekarang, bisa 2 hari keringnya. Kalau dijadikan ikan asin harganya jelas lebih mahal kalau dijual mentah," ujar salah satu nelayan. (iwd/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.