Ramai Isu Antraks, Pemkot Mojokerto Waspadai Daging Sapi Murah

Ramai Isu Antraks, Pemkot Mojokerto Waspadai Daging Sapi Murah

Enggran Eko Budianto - detikNews
Rabu, 25 Jan 2017 12:54 WIB
Dokter hewan di Kota Mojokerto melakukan pemeriksaan sapi/Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Di tengah ramainya isu penyakit antraks, daging sapi murah beredar di Kota Mojokerto. Pemerintah setempat menggandeng kepolisian untuk mengungkap peredaran daging tersebut. Pasalnya, dikhawatirkan daging itu berasal dari sapi yang sakit.

"Ada daging murah tak wajar beredar di pasar Kota Mojokerto. Saat harga daging Rp 120 ribu per Kg, harga daging tersebut Rp 80-90 ribu," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Mojokerto, Supriyanto saat melakukan pemeriksaan hewan di rumah potong hewan (RPH) Sekarputih, Rabu (25/1/2017).

Supriyanto menuturkan, peredaran daging murah itu saat ini diselidiki oleh polisi. Peredaran daging murah harus diwaspadai masyarakat menyusul adanya isu penyakit antraks yang diduga menginveksi sapi dan manusia di Kabupaten Kulonprogo, Jawa Tengah. Terlebih lagi, pemerintah kesulitan mengontrol pasokan daging sapi yang masuk ke Kota Mojokerto.

"Intel Polres Mojokerto sudah koordinasi dengan kami mencari ada indikasi daging murah. Asalnya dari mana? masih dalam penyelidikan begitu juga indikasi mengapa murah," ungkapnya.

Kendati kesulitan mengontrol peredaran daging, lanjut Supriyanto, upaya mengantisipasi masuknya sapi sakit dari Jawa Tengah dilakukan. Seperti siang ini, sejumlah dokter dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian melakukan pemeriksaan terhadap sapi yang akan disembelih di RPH Sekarputih.

"Pemeriksaan di mulut, mata, hidung, dan kaki sapi, kami beri vitamin untuk menambah nafsu makan. Sejauh ini belum ada temuan kelainan pada hewan di sini," ujarnya.

Dokter Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Mojokerto, dr Angrreta Putra menambahkan, masyarakat diimbau mengenali gejala sapi yang terjangkit penyakit antraks. Pasalnya, bakteri antraks bisa menular ke manusia, menyerang kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan.

"Kelihatan hewan tak aktif, nafsu makan turun, hidung kering karena demam tinggi di atas 39,5 derajat celsius. Paling bahaya bisa mengakibatkan kematian pada manusia," tandasnya. (bdh/bdh)
Berita Terkait