"Kang mas monggo nek bade mesra-mesraan," kata pembaca acara kepada pasangan yang memperagakan pakaian nikah di Convention Hall, Jalan Arief Rahman Hakim, Selasa (21/12/2016).
Pasangan nikah massal yang dirias dan memakai pakaian pengantin tradisional dan modern ini ada yang nekat langsung 'nyosor' ke pasangannya. Sontak pasangan lain maupun kerabat seta warga yang hadir langsung tertawa dan bertepuk tangan.
Kepala Dinas Sosial Surabaya Supomo mengaku program lomba rias pengantin dan fashion show bertujuan untuk mensejahterakan warga. "Biasanya setelah dinikahkan massal, warga kan tidak ada yang dikerjakan. Dengan ini warga kan bisa berkarya," kata Supomo.
![]() Pengantin nikah massal diwajibkan bergaya |
Kegiatan tersebut, jelas dia, memangkas anggaran. Sebab, pihaknya sama sekali tidak mengeluarkan biaya kecuali untuk hadiah lomba.
"Bayangkan saja, kalau sewa baju dan rias pengantin kalau bayar bisa Rp 1 juta kemudian dikalikan 100 peserta sudah Rp 100 Juta. Tapi kita hanya keluarkan Rp 8 juta untuk hadiah dan hemat anggaran Rp 92 Juta," ungkap dia.
Sementara para peserta rias pengantin tidak hanya dari Surabaya saja. Tapi juga dari luar kota seperti Trenggalek dan Jember. "Sebagai model pengantinnya kita pakai para peserta nikah massal yang sekaligus datang untuk pengambilan surat nikah," tandas Supomo. (ze/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini