Selain tidak punya tempat tinggal yang layak untuk ditinggali, Ngati mengaku jika saat ini dirinya masih terbelit utang sebesar Rp 22 juta ke seorang petani. Utang itu ia gunakan untuk operasi caesar putra pertamanya yang sudah lama meninggal.
"Rencananya kami pelihara sapi milik tetangga itu untuk nyicil utang kami, setelah dapat bagian dari anak sapi itu. Tapi sekarang sapi itu sudah diambil oleh pemiliknya. Kami mau cari rezeki lain saja," tutur Ngati, dengan nada lemah saat ditemui di rumahnya, Jumat (9/12/2016).
![]() |
Saat ditanya kenapa sapi yang dia rawat selama 4 tahun diambil oleh pemiliknya? Menurut Ngati pemilik takut jika sapinya kurang mendapat pakan. Padahal ujar Ngati, meski suaminya sempat ditahan polisi, dia tetap mencarikan pakan agar sapi tetap bisa makan. Meski alasan pemilik dianggap tidak masuk akal, namun Ngati tidak bisa berbuat banyak dan pasrah.
"Sapinya diambil takut kurang makan kata yang punya. Kayaknya alasan itu hanya untuk mengambil sapinya, mungkin takut dijual oleh suami saya, karena suami saya ditangkap karena diduga mencuri," jelasnya.
Untuk menyambung hidup, Ngati menjadi buruh sawah dengan upah Rp 25 ribu perhari. Uang yang ia dapatkan itu pun hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Ngati adalah salah satu warga di Kabupaten Probolingggo yang hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk sampai ke rumah Ngati di Dusun Pojok 1, Desa Pandansari, Kecamatan Sumber, yang terkenal dengan hasil pertanian kobis dan kentang, memerlukan waktu sekitar 3 jam dari jalur pantura Probolinggo. Desa Ngati letaknya berada di puncak pegunungan atau biasa disebut puncak B 29 alias negeri di atas awan. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini