Dirikan Sekolah Gratis, Bekas Pedagang Asongan Ini Banyak dapat Cibiran

Dirikan Sekolah Gratis, Bekas Pedagang Asongan Ini Banyak dapat Cibiran

Yakub Mulyono - detikNews
Selasa, 22 Nov 2016 16:18 WIB
Foto: Yakub Mulyono
Jember - Ide Fadli mendirikan sekolah gratis tidak mendapat respon baik oleh masyarakat sekitar. Mayoritas warga mencibir Fadli yang dianggap konyol karena mendirikan sekolah yang berada di pinggiran sungai.

Di pinggir sungai Padukuhan Bangeran, Dusun Curahdami, Desa/Kecamatan Sukorambi itu, Fadli mendirikan sebuah sekolah dengan beralaskan tanah dan berdinding anyaman bambu. Sekolah itu ia beri nama Madrasah Ibtidaiyah (MI) Terpadu Ar Rohman.

"Tahun pertama, saya hanya mendapatkan delapan siswa. Pada tahun kedua, saya mulai merektrut dua tenaga pendidik lainnya. Waktu itu saya memberi upah Rp 13.000 setiap kali tatap muka. Biaya itu dari uang pribadi saya, dari hasil berjualan sayur di Pasar Tanjung Jember dan menjual kambing ternak saya," kenang Fadli, saat berbincang dengan detikcom, Selasa (22/11/2016).

Dirikan Sekolah Gratis, Bekas Pedagang Asongan Ini Banyak dapat CibiranFoto: Yakub Mulyono
Ujian kenaikan kelas siswa dicatat via buku manual. Sementara ketika masuk masa Ujian Nasional (UN), para siswa diikutsertakan ke sekolah lain agar bisa dinyatakan lulus dan dapat melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.

"Pada tahun kedua, saya mendirikan sekolah lagi yaitu Raudlatul Athfal (RA) Ar Roja'ul Hayat. Untuk tenaga pendidik, saya merektrut tiga lulusan SMA dan saya kuliahkan di UIJ dan Unmuh Jember. Syaratnya, mereka harus mau mengajar di sekolah saya," terang Fadli.

Kini di mata masyarakat, Fadli juga dikenal sebagai sosok yang turut membantu pendirian belasan sekolah swasta di daerah Kecamatan Sukorambi. Namun, sekolah yang ia kelola sendiri hingga kini sebanyak lima sekolah yakni PAUD Miftahul Ulum, RA Ar- Roja'ul Hayat, MI Terpadu Ar - Rohman di desa/Kecamatan Sukorambi; SMP Kalijaga di Desa Karangpring dan MA Miftahul Ulum di Desa Kemiri.

"Sekarang sudah ada sekitar 36 guru di lima sekolah itu. Saya menggratiskan seluruh biaya pendidikan bagi seluruh siswa, sementara gurunya saya beri uang pengganti transport Rp 15.000 per tatap muka," sebutnya.

Setiap bulannya, Fadli merogoh kocek pribadi hingga Rp 6 juta. Dia bisa bernapas lega setelah pada tahun 2014 lalu sekolahnya sudah terdaftar dan berhak mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Dirikan Sekolah Gratis, Bekas Pedagang Asongan Ini Banyak dapat CibiranFoto: Yakub Mulyono
"BOS itu untuk membantu saya memberi upah para guru sekitar Rp 3 juta per bulan. Sisanya saya ambilkan dari dana pribadi saya baik itu dari dagang sayur, hasil beternak dan juga upah mengajar di sekolah lain," katanya.

Tercatat sudah ribuan siswa yang masuk di beberapa sekolahnya itu. Sebagian besar yang lulusan MA melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kendati demikian, ia enggan disebut sebagai seorang guru yang profesional.

"Saya hanya orang konyol yang peduli. Ini bukan soal profesi dan materi, tetapi soal hati. Jika ada orang bertanya, kenapa saya melakukan semua ini? Saya akan menjawab, minimal ini untuk kepuasan hati saya sendiri," tegasnya.

Dia mengaku tidak menyesal jika bekerja tidak linier dengan gelar Sarjana Hukum yang telah ia sandang. Menurutnya, gelar hanya sebagai predikat pendidikan formal, namun bukan menjadi jaminan bisa memberikan manfaat untuk masyarakat luas.

"Saya tidak akan berhenti sampai disini. Cita cita saya selanjutnya yaitu mendirikan Perguruan Tinggi gratis untuk warga miskin di Jember. Entah kapan bisa terealisasi, karena itu kehendak Allah SWT. Tugas saya hanya dengan terus berikhtiar setiap harinya," tandasnya. (bdh/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.