Untuk mengurangi potensi kekerasan pada anak, beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo juga telah menandatangani MOU dengan Panglima Kodam V/Brawijaya serta Kapolda Jawa Timur.
"Kami juga ingin membangun satgas anti kekerasan terhadap anak yang didirikan di setiap desa di Jatim," kata Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Saifullah Yusuf atau Gus Ipul kepada detikcom, Minggu (20/11/2016).
Namun Gus Ipul memastikan bahwa menyelesaikan masalah tersebut masih perlu penanganan bersama. Gus Ipul juga mengapresiasi keterlibatan perguruan tinggi untuk terus mengkampanyekan stop kekerasan terhadap anak.
Ia pun mendukung deklarasi anti kekerasan terhadap anak dalam rangka Hari Anak Internasional yang digelar di Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya, Sabtu (19/11/2015).
Foto: Istimewa |
Deklarasi anti kekerasan terhadap anak tersebut diinisiasi oleh Yayasan Alit dan Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya. Turut hadir dalam deklarasi kali ini istri Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid (istri Alm Gus Dur); Konjen AS di Surabaya Heather Variava, Rektor ITS Joni Hermana, serta sejumlah tokoh agama.
Menurut Gus Ipul, kekerasan terhadap anak khususnya kekerasan seksual harus dihentikan dengan melibatkan semua pihak.
"Keluarga juga harus aktif menjaga agar anak-anak terhindar dari kekerasan khususnya kekerasan seksual. Dari 561 kasus di Jatim ini dengan korban 60 persen kekerasan seksual berusia usia 14-16 tahun," kata Gus Ipul.
Apalagi, tambah Gus Ipul, korban kekerasan seksual jika tidak dilakukan proses pendampingan maka korban berpotensi menjadi pelaku. Selain itu pelaku kejahatan seksual terhadap anak, umumnya adalah orang dekat atau orang yang dikenal.
"Ada data fakta yang disampaikan Kak Seto bahwa dari 140 korban kekerasan seksual dari Emon, 40 persen di antaranya minta Emon tidak ditahan dengan alasan Emon lebih sayang ketimbang orang tua kandung mereka sendiri," kata Gus Ipul. (ze/ugik)












































Foto: Istimewa