Para Pendamping Anak Putus Sekolah di Surabaya Dapat Gaji? Ini Jawabannya

Para Pendamping Anak Putus Sekolah di Surabaya Dapat Gaji? Ini Jawabannya

Rahma Lillahi Sativa - detikNews
Kamis, 10 Nov 2016 14:36 WIB
Salah satu relawan CSR mendampingi adik asuh/foto: Istimewa
Surabaya - Relawan pendampingan anak putus sekolah yang bergabung di program Campus Social Responsibility tidak mendapat honor atau gaji. Program yang digagas Dinas Sosial Kota Surabaya dengan melibatkan mahasiswa perguruan tinggi swasta maupun negeri ini murni bersifat sosial.

"Ibadah," tegas Dwi Palupi (20), salah satu relawan CSR yang kini mendampingi dua anak, Orlana dan Aulia.
Palupi dan adik asuhnyaFoto: Rahma Lillahi Sativa
Palupi dan adik asuhnya

Seminggu sekali, ia diamanahi untuk menjenguk dua adik asuhnya, serta memberikan pendampingan kepada mereka semisal dalam kegiatan belajar. Pendampingan selama beberapa bulan berjalan dilalui dengan gembira, meski uang pribadinya tersedot. Ia tidak menyesal bergabung di CSR meski tidak ada bayarannya.

"Ya nggak apa-apa. Kalau ikhlas gitu ada aja jalannya," kata mahasiswi Universitas dr Soetomo ini kepada detikcom, Rabu (9/11/2016).

Seluruh pengeluaran pun ditanggung sendiri oleh Palupi, seperti uang bensin. Untunglah ia punya pekerjaan sampingan sebagai freelance dalam berbagai even yang diselenggarakan di Surabaya.
Mendampingi belajar adik asuh Foto: Istimewa
Mendampingi belajar adik asuh

"Alhamdulillah sampai sekarang penghasilan dari freelance bisa buat nutup, misal buat beliin buku," imbuhnya.

Tak hanya itu, ia harus memutar otak jika adik asuhnya dibebani biaya tambahan di sekolah, di luar SPP. Seperti halnya yang dialami Palupi saat mengurus keperluan sekolah Aulia di SDN 1 Gunungsari.

"Waktu itu habisnya sampai satu juta cuma buat seragam. Ya saya datang ke sekolahan buat nego, akhirnya jadi tinggal 500 ribu," ujarnya lagi.

Ditambahkan Atiyun Najah Indhira selaku direktur CSR, para mahasiswa yang menjadi sukarelawan program ini memang luar biasa. Diakuinya banyak dari mereka yang merogoh dana pribadi untuk memenuhi keperluan adik-adik asuhnya.

"Untungnya kami juga dibantu CSR dari BUMN atau perusahaan-perusahaan swasta, itu pun sebatas untuk memberikan bantuan seragam atau sepeda," ungkapnya saat ditemui detikcom.
Foto: Istimewa

Bila memungkinkan, sang mahasiswa juga diminta mencari sokongan dana dari donatur, dengan cara mereka sendiri. Ayun menuturkan ada beberapa mahasiswa yang berhasil melakukannya, bahkan mengantongi dana mencapai belasan juta Rupiah.

"Tapi pengelolaan kami serahkan sepenuhnya ke mereka," imbuhnya.

Dinas Sosial Kota Surabaya sebagai pelaksana CSR juga menerima 'usulan sepeda' dari para mahasiswa pendamping CSR untuk adik asuhnya. Biasanya ini diberikan kepada adik asuh yang terbentur persoalan moda transportasi bila harus berangkat sekolah. (lll/ugik)
Berita Terkait