Bebek yang mati mendadak dalam 10 hari itu tersebut milik peternak yang ada di Desa/Kecamatan Kembangbahu. Akibatnya, dirinya menderita kerugian hingga jutaan rupiah.
Seorang peternak yang unggasnya mati mendadak Fahmi Sabil Ansori. Fahmi mengaku 700 bebek miliknya mati secara mendadak dan bertahap. Fahmi menduga, kematian unggasnya karena terserang virus flu burung atau virus Avian Influenza.
"Bebek saya mati secara bertahap selama lebih dari 10 hari ini,"kataFahmi kepada wartawan di kandangnya, Senin (31/10/2016).
Foto: Eko SudjarwoRatusan bebek mati mendadak |
Fahmi mengatakan, dalam sehari bebek peliharaannya mati mulai 30 hingga 40 ekor hingga total kematian mencapai 700 ekor. Tanda-tandanya, di matanya berwarna biru. "Bebek yang tersisa sekarang cuma 50 ekor, usia bebek baru 45 hari," jelas Fahmi.
Fahmi yang mendapati kematian ungggasnya ini mengaku sudah melapor ke petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak dan Keswan) Kabupaten Lamongan. Petugas, aku Fahmi, juga sudah petugas datang melakukan tes di tempat.
FFahmi juga sudah melakukan upaya pencegahan penyebaran dengan membakar bangkai unggas dan oleh petugas diberi cairan disinfektan yang disemprotkan ke areal kandang. "Saya sudah melakukan penyemprotan disinfektan untuk antisipasi penyebaran virus flu burung," ujarnya.
Kabid Kesehatan Hewan DisnaKeswan Lamongan, Puji Hermawan membenarkan kematian bebek secara mendadak di Desa/kecamatan Kembangbahu akibat flu burung. "Hasil uji cepat, hasilnya memang positif flu burung di Kembangbahu," jelasnya kepada wartawan.
Puji menambahkan, titik-titik yang menjadi lokasi rawan unggas terserang flu burung juga diantisipasi dengan dilakukan penyemprotan. Beberapa tempat tersebut di antaranya di pasar unggas, pengumpul ternak, peternak-peternak komersil.
"Di pasar kita siapkan disinfektan untuk memutus rantai penyebaran karena berasal dari berbagai daerah," tegasnya. (fat/fat)












































Foto: Eko Sudjarwo