9 Kecamatan di Mojokerto Dihantui Tanah Longsor dan Banjir

9 Kecamatan di Mojokerto Dihantui Tanah Longsor dan Banjir

Enggran Eko Budianto - detikNews
Rabu, 12 Okt 2016 16:23 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto/File/Ilustrasi
Mojokerto - Hasil mitigasi BPBD Mojokerto menetapkan, lima kecamatan rawan longsor dan empat kecamatan rawan bencana banjir serta puting beliung.

"Per 1 Oktober 2016, Pak Bupati mengeluarkan surat pernyataan tentang ketetapan siaga darurat bencana banjir, longsor, dan puting beliung nomor 360/2841/416-213/2016 tertanggal 30 September. Status siaga bencana ini berlaku sampai 30 November, tapi masih mungkin untuk diperpanjang," kata Kepala Pelaksana BPBD Mojokerto, Tanto Suhariyadi, Rabu (12/10/2016).

Tanto menjelaskan, penetapan status siaga bencana itu menyusul adanya prediksi cuaca ekstrem oleh BMKG yang menerjang wilayah Jawa Timur. Selama dua bulan ke depan, hujan deras disertai angin kencang berpotensi mengguyur wilayah Kabupaten Mojokerto.

Tak hanya itu, lanjut Tanto, PVMBG juga memperingatkan adanya pergerakan tanah di wilayah selatan Kabupaten Mojokerto. Yakni kawasan lereng Pegunungan Anjasmoro, Welirang, dan Penanggungan yang meliputi Kecamtan Jatirejo, Gondang, Pacet, Trawas, dan Ngoro.

"Adanya pergerakan tanah di wilayah topografi pegunungan mengakibatkan adanya retakan tanah. Saat diguyur hujan, retakan itu berpotensi longsor karena tekanan volume air. Ditambah lagi vegetasi sebagai penguat tanah di bagian tebing semakin kecil," terangnya.

Oleh sebab itu, kata Tanto, pihaknya mengimbau penduduk di lima kecamatan selalu waspada saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Dia merinci, titik rawan longsor meliputi Desa Sumberjati, Jabung, Rejosari di Kecamatan Jatirejo, Desa Dilem dan Gumeng di Kecamatan Gondang, Desa Kemiri, Claket, Pacet, Cembor, Padusan di Kecamatan Pacet. Selain itu Desa Seloliman, Duyung, Penanggungan, Kedungmuti di Kecamatan Trawas serta Desa Kunjorowesi di Kecamatan Ngoro.

"Selain faktor alam, potensi longsor juga akibat pembangunan jalan di wilayah tebing yang kurang baik. Kurangnya pemadatan tebing dan tak ada penahan membuat longsor kerap terjadi," ujarnya.

Seperti yang terjadi pada Minggu (9/10) malam. Tanah longsor memutus jalur Trawas-Pacet di Desa Jatijejer. Sementara di Desa Claket, Kecamatan Pacet, longsoran badan jalan merusak dua rumah warga.

Tak hanya potensi bencana tanah longsor, menurut Tanto, empat kecamatan di Kabupaten Mojokerto juga terancam bencana banjir akibat luapan beberapa sungai. Tak ada faktor lain, banjir di wilayah itu akibat luapan sungai yang tak kunjung dinormalisasi. Saat hujan deras turun, otomatis air akan meluap karena daya tampung sungai yang tak lagi memadai.

"Luapan Sungai Lamong kerap kali membuat banjir di Desa Pulorejo dan Banyulegi (Kecamatan Dawarblandong). Sedangkan luapan Sungai Sadar berpotensi mengakibatkan banjir di Kecamatan Mojoanyar, Bangsal, Mojosari, Pungging. Kalau hujan intensitas tinggi, banjir berpotensi meluas ke wilayah Meri, Kenanten, dan Dlanggu," ungkapnya.

Sementara untuk mengantisipasi korban jiwa, baik akibat tanah longsor maupun banjir, tambah Tanto, pihaknya sedang membentuk tim reaksi cepat (TRC). Tim tersebut terdiri dari BPBD, Dinas PU Bina Marga, PU Cipta Karya sekaligus melibatkan TNI dan Polri.

Di lain sisi, kendala anggaran tanggap bencana yang kerap mengganjal, akan disiasati dengan penggunaan Bantuan Tak Terduga (BTT) senilai Rp 7,5 miliar yang saat ini mengendap di Kas Daerah Pemkab Mojokerto. Ditambah lagi adanya pengajuan 1.000 paket logistik ke BNPB. Logistik itu terdiri dari makanan siap saji, pakaian, perlengkapan bayi dan sabun. (fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.