Struktur bangunan kuno itu ditemukan terkubur di tanah kas Dusun Gapuro, Rabu (28/9). Di atas lahan 15x15 meter yang terletak di sebelah kebun tebu itu sedang dibangun gedung Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pekerja tanpa sengaja menemukan situs purbakala itu saat menggali tanah untuk pondasi bangunan.
Struktur bangunan ini baru terlihat sebagian setelah digali warga. Bangunan kuno tersebut berbentuk persegi panjang, tersusun dari bata merah yang cukup rapi. Saat diukur warga setempat, bata merah ada yang berukuran 30x7x6 cm, ada pula yang berukuran 28x19x6,5 cm.
Terdapat lubang berukuran 0,5x0,5 meter pada bagian tengah struktur. Dimungkinkan bangunan tersebut terkubur tanah cukup dalam. Pasalnya, pada lubang sedalam 0,5 meter itu masih terlihat tumpukan bata merah hingga ke permukaan.
Kepala Sub Unit Penyelamatan dan Pengamanan BPCB Trowulan, Ahmad Hariri mengatakan, melihat ciri-ciri bata merah yang menyusun bangunan tersebut, pihaknya menduga sebagai peninggalan zaman Majapahit. Karena bata merah itu mirip dengan struktur candi di Trowulan. Hanya saja perlu dilakukan penelitian dan ekskavasi untuk memastikan bentuk dan fungsi bangunan pada masa lampau.
Terkait keperluan penelitian itu, lanjut Hariri, pihaknya telah menerima surat permohonan kajian arkeologis dari Desa Mojojajar pada Senin (3/10). Menurut dia, kepedulian masyarakat setempat sangat tinggi. Bahkan, warga mengancam akan menggali sendiri situs yang terpendam itu jika BPCB tak segera turun tangan.
"Rupanya respon warga di sana sangat tinggi. Agar struktur kuno itu tak rusak, kami yang akan melakukan eskavasi," kata Hariri, Kamis (6/10/2016).
Beberapa hari setelah adanya surat tersebut, lanjut Hariri, BPCB Trowulan pun melayangkan surat balasan. Surat tersebut merekomendasikan pemerintah Desa Mojojajar agar memindahkan pekerjaan gedung Posyandu ke lokasi lain. Selain itu, pihaknya juga menegaskan akan segera melakukan kajian arkeologis.
Hariri menjelaskan, penelitian dan ekskavasi akan dilakukan November-Desember nanti. Pihaknya akan menerjunkan sebuah tim yang terdiri dari 6 orang. Meliputi 2 arkeolog, juru sketsa, juru gambar, dan bagian dokumentasi. Dengan begitu, situs Gapuro menjadi prioritas BPCB saat ini.
"Kami lebih prioritaskan yang di Dusun Gapuro. Makanya, penelitian di Ponorogo terpaksa ditunda dulu," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto, Ustadzi Rois menambahkan, pihaknya telah meminta kepada Kepala Desa Mojojajar untuk mensterilkan lokasi penemuan situs Gapuro. Dengan begitu, diharapkan kajian arkeologis dari BPCB bisa berjalan lancar.
"Kami berharap bisa segera diekskavasi struktur kuno itu," pungkasnya. (fat/fat)











































